Senin, Desember 17, 2007

Headline: Buku Tenggelamnya Rumpun Malanesia Terjual Laris

Buku Tenggelamnya Rumpun Malanesia Terjual Laris

JAYAPURA- Sebelum disita aparat Kejaksanaan negeri Jaypura buku berjudul “Tenggelamnyua Rumpun Melanesia” karangan Sendius Wonda terjual laris di toko Gramedia Jayapura.
“Hanya dalam waktu 15 hari dari 100 buku telah terjual 45 buah. Atau rata rata per harinya terjual 2 sampai tiga buah buku,” kata Iwan Van Wilan Haro, Supervisor Penjualan Toko Buku Gramedia Jayapura.
Bila dibandingkan dengan buku lainnya yang memuat persoalan politik dan kondisi sosial masyarakat Papua Tenggalamnya Rumpun Melanesia terbilang cukup diminati pembeli.
Namun karena isi buku yang ditulis Sandius Wonda dinilai mengganggu ketertiban umum, atas perintah Kejaksaan Agung buku Tenggelamnya Rumpun Melanesia akhirnya dilarang beredar.
Pihak Kejaksaan pun dalam waktu dekat akan memanggil penulisnya.
Penarikan Buku Tenggelamnya Rumpun Melanesia ini mengundang reaksi keras dari sejumlah penulis dikota Jayapura.
Ketua Umum Badan Pelayanan Pusat Persekutuan Gereja-gereja Baptis Papua, Socratez Sofyan Yoman menyatakan: keputusan menarik buku tersebut sama dengan melarang kebebasan berekspresi.
“Buku itu memuat fakta sosial yang terjadi dalam masyarakat “ ujarnya kepada wartawan di Jayapura, Minggu (16/12).
Dalam buku "Tenggelamnya Rumpun Melanesia". Sofyan menulis kata pengantar setebal 10 halaman. Kata pengantar itu ia tulis tanggal 27 Agustus.
Sofyan juga menyatakan tidak kuatir jika buku yang ia tulis –saat ini sudah edar di Jakarta-
“Kejaksaan tidak boleh larang-larang pekerjaan gereja,” katanya.
Sofyan juga menulis buku yang saat ini sudah bereedar di Jakarta berjudul: Pemusnahan Etnis Melanesia – Memecah Kebisuan Sejarah di Papua Barat. Judul buku ini hampir sama dengan judul buku yang ditulis Sendius Wonda, .
“Buku itu [Pemusnahan Etnis Melanesia] merupakan suara keadilan pimpinan gereja,” kata Sofyan.
Buku yang ditulis Sofyan selama 1 bulan ditahun 2006 lalu diberikan pengantar oleh Pdt. Dr Benny Giay dan Dr George J Aditjondro. Buku tersebut setebal 478 halaman. Cover buku tersebut warna merah. Desain latarnya peta Papua berwarna hitam dengan api yang membara di sekelilingnya.
“Buku itu memuat 8 bagian. Antara lain: referensi menyangkut landasan hak asasi manusia, sejarah, pembangunan dalam perspektif Indonesia dan orang Papua, bagian yang berhubungan dengan Otonomi Khusus, bagian yang menulis tentang pemekaran, tentang pelanggaran HAM dan proses pemusnahan etnis serta bagian rekomendasi,” kata Sofyan.
Sama seperti buku Tenggelamnya Rumpun Melanesia, buku Pemusnahan Etnis Melanesia juga dicetak di Yogyakarta oleh Galangpress. (rk/ab)

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Dimana lagi saya bisa memperoleh buku tentang malanesia