Sabtu, Februari 02, 2008

News : Dibuka Formasi CPNS di Seluruh Papua

JAYAPURA – Kabar gembira bagi warga masyarakat yang punya keinginan jadi pegawai negeri. Pertengahan Februari ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua memastikan formasi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di seluruh kabupaten/kota di Papua.
“Pertengahan bulan ini akan dilakukan pengumuman dan proses seleksi dilaksanakan pada akhir bulan, “ kata Kepala Biro Kepegawaian Provinsi Papua Yesaya Buinei usai mengikuti pelantikan Pengurus Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) di Sasana Karya Kantor Gubernur Provinsi Papua, Jumat (1/2) .
Menurutnya, kepastian formasi pada pertengahan Februari setelah pihaknya mendapat persetujuan dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) tentang formasi dan kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan.
“Kita mendapat persetujuan itu sekitar seminggu yang lalu. Untuk kepentingan itu, kita juga sudah melakukan persiapan-persiapan,” tambahnya.
Jumlah CPNS yang akan diterima di seluruh kabupaten/kota Papua sekitar 800-an orang.
Sedangkan khusus di lingkungan Pemprov Papua, formasi yang dibuka hanya untuk 24 orang. Disiplin ilmu yang akan diterima yaitu tenaga medis seperti dokter, perawat dan apoteker.
“Kalau formasi yang lain, seperti guru dan tenaga teknik lainnya banyak direkrut di tingkat kabupaten/kota,”jelasnya.
Pemprov,kata dia, telah mengusulkan beberapa disiplin ilmu ke pusat untuk diterima pada lingkungan Pemprov, namun setelah pusat melakukan analisa kebutuhan, untuk lingkungan Pemprov hanya mendapat formasi 24 orang.
“Karena itu, kalau masyarakat yang formasinya ada di lingkungan pemprov silahkan mendaftar, tetapi yang tidak ada, tidak perlu mendaftar,” imbaunya.
Dia juga menyebutkan, penerimaan CPNS itu, bukan untuk mengurangi pengangguran, tetapi untuk mengisi lowongan yang dibutuhkan oleh pemerintah. “Sebagai contoh, alumni atau sarjana hukum cukup banyak, tetapi mengapa Pemprov tidak membuka formasi itu. Jadi, dalam perekrutan bukan melihat jumlah tenaga yang dilapangan, tetapi berdasarkan kebutuhan,” ujarnya. (ti)

News : Lima Ton Solar PLN Digelapkan, Empat Orang Diamankan

MANOKWARI - Polres Manokwari berhasil mengungkap kasus penggelapan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar sebanyak 5 ton (5000 liter) yang diangkut dalam satu truk tangki. BBM tersebut milik PLN Cabang Manokwari dan diselewengkan dan dijual ke salah satu perusahaan group PT Fulica, sebuah perusahaan konstruksi besar di Manokwari. Barang bukti berupa 5 ton solar, satu truk tangki DS 9497 DA milik PT Sehati, 19 drum berisi solar , kini diamankan di Mapolres.
Polisi pun sudah menetapkan empat tersangka. Mereka, B (30) supir truk tangki, M (karyawan PLTD PLN), A (pengawas pengangkutan PT Sehati), MI (seorang perempuan karyawan bagian BBM perusahaan group PT Fulica). Semula empat tersangka ini ditahan. Namun Pengacara MI mengajukan penangguhan karena MI sakit Kista. Polisi tidak percaya begitu saja. Dokter kepolisian pun melakukan pemeriksaan dan ternyata MI memang sakit. Akhirnya penangguhan dikabulkan.
Demikian dijelaskan Kapolres Manokwari AKBP Drs Jakobus Marjuki kepada wartawan diruang kerjanya, Jumat (1/2). Dijelaskan Kapolres, hari Kamis (24/1) pukul 11.30 WIT, B (supir tangki) mengantar satu tangki solar ke PLTD Sanggeng untuk kedua kalinya hari itu. Sesampainya di PLTD, B turun dari truk dan masuk ke pos satpam. Tujuannya untuk meminta tanda tangan dari M sebagai bukti solar sudah diterima pihak PLTD.
Setelah itu, solar tidak didrop ke tangki PLTD. B justru membawa truk yang berisi 5 ton solar itu menuju kantor PT Fulica Group untuk dijual. Polisi yang sudah lama mengendus sepak terjang penggelapan solar ini langsung menuju ke PT Fulica Group yang beralamat di Jalan Percetakan Negara, samping kiri Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Manokwari. Saat tiba di PT Fulica, polisi menyaksikan solar tersebut sedang dalam proses dipindahkan ke drum-drum milik Fulica.
‘’Kebetulan kita tangkap saat itu juga. Dalam mengungkap kasus ini, kita kerja sama dengan PLN. Saat itu juga langsung kita tahan. Saat kita tangkap, sebagian solar sudah dialihkan ke drum-drum milik Fulica Group. Drum-drum itu juga kita jadikan barang bukti dan kita bawa ke kantor (polisi). Empat tersangka ini jelas otomatis akan sampai ke Kejaksaan. Apakah akan ada tersangka baru, tergantung hasil penyidikan nanti apakah ada orang lain yang terlibat,’’ ungkap Marjuki yang mantan Kapolres Puncak Jaya.
Kapolres menegaskan, penyimpangan BBM seperti ini menjadi perintah prioritas Kapolri yang harus menjadi target utama pihak kepolisian. Saat ini, pihaknya sedang mengecek secara mendalam apakah BBM tersebut termasuk disubsidi. Jika benar BBM ini di subsidi maka Fulica akan diuntungkan karena membeli solar dengan harga subsidi. Untuk mendalami kasus ini, pihaknya juga sudah memeriksa Depot Pertamina Manokwari untuk mengetahui seputar administrasi lalu lintas BBM.
Dikatakan Kapolres, kasus ini masih menyangkut oknum perorangan. Penyidikan kasus ini belum memasuki wilayah apakah kasus ini masuk kategori kejahatan korporasi (perusahaan). ‘’Kita juga sudah koordinasi dengan Kajari, apakah ini kejahatan korporasi atau bukan. Beliau nanti sebagai Penuntut sudah tahu, kasusnya seperti apa,’’ kata Kapolres.
Para tersangka, lanjut Kapolres, dijerat pasal 372 KUHP tentang penggelapan. Mereka juga dijerat pasal penadahan atau sekongkol. Para tersangka dijerat pasal berlapis dengan UU No 22/2001 tentang minyak dan gas bumi. ‘’Kita tidak diskriminatif dalam mengungkap kasus ini. Saya pastikan siapapun yang terlibat akan kita proses. Kasus BBM seperti ini menjadi prioritas Kapolri. Kita tidak main-main. Kita bertindak keras. Karena kebijakan Kapolri tentu menjadi atensi kita dalam rangka penyelamatan kekayaan Negara. Pemilik truk tangki minta pinjam pakai saja tidak kita penuhi,’’ tutur Kapolres.
Dari pemeriksaan supir tangki terungkap, supir ini hanya orang suruhan. Bukan actor utama kasus ini. Supir ini hanya menjalankan perintah A (pengawas pengangkutan PT Sehati). Supir ini mengaku menerima upah uang dari tiga tersangka lainnya. Dengan begitu, diduga ada unsure kerja sama tiga oknum tersangka tersebut. ‘’A yang menghubungi MI. Apakah perbuatan MI ini sepengetahuan pimpinannya kita masuki dalami pemeriksaan,’’ kata Kapolres.
Sejauh ini, lanjut Kapolres, juga belum diketahui apakah pimpinan PLN Cabang Manokwari mengetahui kalau solar untuk PLTD ini digelapkan oleh stafnya. ‘’Kemarin, pimpinan PLN didampingi satu stafnya datang kesini ketemu saya. Beliau menyerahkan masalah ini sepenuhnya kepada saya. Beliau minta siapapun yang terlibat supaya ditindak tegas sesuai dengan hukum yang berlaku,’’ terang Kapolres. (ken)

Headline : Satgas TNI Tembak Warga Hingga Tewas

“Pangdam Akan Pecat Anggotanya yang Tembaki Warga”

TINGGI NAMBUT, PUNCAK JAYA – Entah panik atau karena mendapat perlawanan, seorang anggota TNI yang tergabung dalam tim patroli Satuan Tugas (Satgas) Rajawali Yonif 756/Winamefili Wamena melakukan penembakan ke warga di di kampung Tingginambut, Distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya, Kamis (31/1) pukul 20.00 Wit.
Warga bernama Omanggen Wonda (25) dilaporkan tewas setelah sempat mendapatkan perawatan di pos satgas. Omanggen terkena tembakan di bagian dada, tembus hingga ke punggung. Warga yang berasal dari kampung Yamo tersebut oleh TNI diduga anggota separatis bersenjata.
Pasca penembakan, situasi di tempat kejadian dan kota Mulia Puncak Jaya hingga Jumat sore, dilaporkan Kapolda Papua Irjen Polisi Max Donald Aer, tetap aman dan kondusif.
Sementara Pangdam XVII/Cendrawasih Mayjen TNI Haryadi Soetanto, melalui Kepala Penerangan Kodam XVII/Cendrawasih, Letkol Inf Imam Santoso menyesalkan terjadinya kasus penembakan yang dilakukan anak buahnya itu.
“Panglima sangat menyesalkan kejadian ini, sebab sebelumnya beliau sudah menekankan tidak ada upaya perencanaan untuk tindakan represif terhadap kelompok tertentu yang berseberangan dengan TNI,”ujar Imam Santoso mengutip pernyataan Pangdam Haryadi Soetanto.
Bahkan, kata Imam yang ditemui wartawan di ruang kerjanya kemarin, Pangdam dengan tegas menyatakan akan memecat anggotanya kalau terbukti melakukan penembakan terhadap korban.
“Beliau sempat ngomong, kalau perlu dipecat akan dipecat. Bahkan sesuai dengan koridor yang dibuat KSAD, maka dua tingkat diatas pelaku juga akan mendapat hukuman paling berat adalah pemecatan. Kalau dari investigasinya nanti terbukti,” terangnya.
Untuk menindaklanjuti kasus penembakan tersebut pihak Kodam XVII/Cendrawasih telah membentuk tim investigasi untuk melakukan penyelidikan.
“Tim investigasi yang dikirim Panglima antara lain dari Intelijen Kodam, Polisi Militer Kodam, serta dari Batalyon 756. Tim ini sudah diberangkatkan tadi siang ke Mulia, untuk melakukan investigasi seberapa besar kesalahan yang dibuat untuk proses hukum dilaksanakan,” tambahnya.
Sementara soal kronologis penembakan, diungkapkan Kapendam Imam Santoso, terjadi berawal dari informasi yang diterima Pos Satgas Rajawali Yonif 756/Wamena di Tingginambut, bahwa di daerah tersebut ada kelompok separatis yang sering mengganggu masyarakat. “Inilah yang dijadikan dasar untuk lakukan pengecekan di sebuah tempat yang diduga terdapat anggota separatis”.
Dipimpin langsung oleh Komandan Pos, Letda Inf Sunaryono, bersama enam orang anggotanya, mereka melakukan patroli dan mendatangi sebuah rumah honai yang didalamnya terdapat lima orang warga sedang bermain kartu domino.
“Sesuai prosedur sudah dilakukan, temukan sasaran, diteriaki namun tidak ada jawaban lalu dengan tembakan peringatan namun tetap tidak mau keluar. Ketika pintu dibuka tiba-tiba ada satu masyarakat berlari keluar, saat itu prajurit berada persis di depan pintu dan terjadilah penembakan. Korban sempat dibawa ke pos, tapi nyawanya tidak tertolong. Sementara pelaku saat ini sudah diamankan di pos Satgas Mulia, ” jelas Kapendam.
“Namun belum diketahui pasti apakah pada saat membuka pintu ada perlawanan atau tidak Apa mungkin karena anggota terdesak, atau letusan terjadi karena korban menabrak senjata, sebab anggota persis berada di depan pintu honai. Kita tunggu saja hasil investigasinya,” tambah Imam Santoso.
Sementara itu Kapolda Papua, Irjen Pol Max Donald Aer ketika dikonfirmasi wartawan kemarin, mengatakan tidak mengetahui secara detil kejadiannya. “Karena pelaku anggota TNI mungkin lebih baik tanya ke Kodam. Namun menyangkut situasi disana hingga saat ini tetap aman dan kondusif,” ujarnya. (rin)

News : Masak Air, Ditinggal Tidur, Kompor Meledak, Asrama Biak Terbakar


PADANG BULAN, JAYAPURA – Lengah dan gegabah. Seorang mahasiswa yang diduga tengah memasak air, tak sadar saat kompornya meledak. Akibatnya ledakannya membakar asrama Biak di sebelah kampus Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ) Padang Bulan Kelurahan Hedam Distrik Heram.
Akibat kebakaran ini, salah seorang penghuninya, Tery Sroyer, mengalami luka bakar pada punggung dan lengan kiri dan terpaksa dilarikan ke RSUD Abepura. Sementara seorang lainnya, Nikson Kaisiepo, mengalami luka lecet di bagian muka akibat tertimpa material bangunan saat memindahkan barang-barang.
Kejadian kebakaran pukul 16.30, Jumat (1/2/2008).
Menurut sejumlah sumber yang dihimpun Bintang Papua di tempat kejadian, sumber api berasal dari ledakan kompor milik korban Tery Sroyer, salah satu penghuni asrama yang tengah memasak air. Terry membiarkan kompor menyala lalu pergi tidur.
Akibat ledakan kompor tersebut, api kemudian menjalar ke ruangan tidur tersebut hingga ke atap bangunan.
Beberapa penghuni yang melihat kejadian itu bersama warga setempat langsung berusaha memadamkan api dan mengeluarkan barang-barang dalam asrama tersebut. Di saat itulah, Nikson, tertimpa kayu bangunan, sementara Tery yang dalam posisi lelap di ruang tidur terperangkap dalam kobaran api hingga mengalami luka bakar.
Belum dipastikan, kerugian yang diderita dalam kejadian ini. Namun menurut beberapa korban yang kebakaran buku-buku dan pakaiannya, amukan si jago merah semalam menelan kerugian bagi mereka hingga belasan juta. (Cr-04)

Features : Soeharto, Dari Buku ke Buku

Memahami Pak Harto dalam Otobiografi “Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya” ( 3/habis)

oleh: Gatot Aribowo

Semangat hidup yang tinggi dari Pak Harto tak mampu mengalahkan takdir Tuhan. Pada bagian lain buku otobiografi ini, Pak Harto pernah membicarakan soal kematiannya. Bab ini terangkai dalam “Kalau Ajal Saya Sampai.”

Boleh percaya boleh juga tidak, meninggalnya 2 presiden RI selalu ditandai dengan adanya Bulan Bercincin. Biasa disebut di Jawa dengan Bulan Kalangan, bulan ini, Kamis 17 Januari 2008 terlihat oleh warga Jakarta.
Bulan bercincin atau halo Bulan, pernah terlihat sehari sebelum kematian Presiden Soekarno.
Seperti tertuang dalam buku 'Siapa Sebenarnya Soeharto' Detak Files yang diterbitkan Mediakita, pada 20 Juni 1970, Bung Karno dijenguk oleh salah satu istrinya, Dewi Soekarno. Pada 20 Juni 1970 malam hari, anak Soekarno, Rachmawati secara tak sengaja melihat cincin yang melingkari bulan.
Dalam mitos Jawa, bulan ini menandakan akan terjadinya bencana atau kematian. Dan benar, keesokan harinya, 21 Juni 1970, sekitar pukul 05.00 WIB, Bung Karno dinyatakan koma oleh tim dokter. Anak-anak Bung Karno segera dipanggil dan mengelilingi tubuh Bung Karno yang terbaring lemah di tempat tidur. Sekitar pukul 07.00 WIB, Bung Karno menghembuskan nafas terakhirnya.
Fenomena bulan ini, muncul dihari ke-14 Pak Harto dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertaminan (RSPP) Jakarta. Tak secepat Bung Karno yang meninggal 1 hari setelah fenomena bulan ini muncul, Pak Harto wafat setelah 10 hari fenomena bulan bercincin muncul. Hal ini tak luput dari perjuangan Pak Harto untuk tetap hidup. Seperti pernah diungkapkan tim dokter kepresidenan yang merawat Pak Harto.
"Semangat hidup Pak Harto masih tinggi," kata ketua tim dokter kepresidenan Dr Mardjo Soebiandono seperti dikutip detik com, 17 Januari 2008.
Kendati semangat hidup tinggi, namun takdir Tuhan tak mampu ditolak. 10 hari setelah munculnya bulan bercincin, Pak Harto pun dipanggil yang Maha Kuasa.
Dalam buku otobiografinya, Pak Harto pernah menyinggung soal kematiannya. Kendati kondisinya tak relevan dengan terbitan buku tahun 1988 ini, namun ada baiknya memahami sedikit soal kematiannya Pak harto dalam bab “Kalau Ajal Saya Sampai.”

Berikut kutipan dalam buku otobiografi tersebut:
Kalau saatnya tiba saya dipanggil Yang Maha Kuasa, maka mengenai diri saya selanjutnya sudah saya tetapkan: saya serahkan kepada istri saya.
Sebetulnya istri saya telah menerima pula "Bintang Gerilya" dan "Bintang RI". Jadi, dia juga bisa dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Tetapi sudahlah, ia dengan Yayasan Mangadeg Surakarta sudah merencanakan lain. Ia dengan Yayasan Mangadeg Surakarta sudah membangun makam keluarga di Mangadeg, tepatnya di Astana Giribangun. Dan masa, kan saya akan pisah dari istri saya! Dengan sendirinya saya pun akan minta dimakamkan di Astana Giribangun bersama keluarga. Kami tidak mau menyusahkan anak cucu kami, jika mereka nanti ingin berziarah.
Memang saya pun mendengar orang bicara, bahwa belum juga saya mati, saya sudah membuat kuburan. Padahal yang sebenarnya, kuburan itu kami buat untuk yang sudah meninggal, antaranya untuk ayah kami (mertua saya). Selain itu, pikiran saya menyebutkan, "Apa salahnya, sebab toh akhirnya kita akan meninggal juga." Kalau mulai sekarang kita sudah memikirkannya, itu berarti kita tidak akan menyulitkan orang lain. Asalkan tidak menggunakan yang macam-macam, apa jeleknya?
Omongan orang bahwa Astana Giribangun itu dihias dengan emas segala, omong kosong. Tidak benar! Dilebih-lebihkan. Lihat sajalah sendiri.
Yang benar, bangunan itu berlantaikan batu pualam dari Tulungagung. Tentu saja kayu-kayunya pilihan, supaya kuat. Pintu-pintu di sana, yang dibuat dari besi, adalah karya pematung kita yang terkenal G Sidharta. Alhasil, segalanya buatan bangsa sendiri.
Ibu mertua saya melakukan cangkulan pertama di Gunung Bangun yang tingginya 666 meter di atas permukaan laut itu, pada hari Rabu Kliwon, 13 Dulkangidah jimakir 1906 atau 27 November 1974. Saya bersama istri sebagai pengurus Yayasan Mangadeg Surakarta meresmikan Astana Giribangun itu pada hari Jumat Wage tanggal 26 Rejeb ehe 1908 atau 23 Juli 1976. Kebiasaan di Jawa mempergunakan candrasangkala. Maka kami terakan di sana sinengkalan: Rasa Suwung Wenganing Bumi (Rasa Ikhlas Membuka Bumi) waktu ibu melakukan cangkulan pertama itu, dan Ngesti Suwung Wenganing Bumi (Suasana Hening Membuka Bumi) waktu kami meresmikan makam keluarga Yayasan Mangadeg itu.
Pada ketiga pintu untuk masuk ke dalam bangunan itu pun ada tulisan yang mengutip pucung, berisikan pegangan hidup yang sudah diajarkan nenek moyang kita secara turun-temurun. Yakni, "hendaknya kita pandai-pandai menerima omongan orang yang menyakitkan tanpa harus sakit hati", "ikhlas kehilangan tanpa menyesal", dan "pasrah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa".
Tak jauh dari bangunan astana itu, lebih dahulu, pada tanggal 8 Juni 1971, sudah diresmikan monumen "Tridharma", ajaran hidup bernegara yang sangat penting itu. Alhasil suasana di sana sesuai dengan lingkungannya.
Jadi, hendaknya dimaklumi bahwa kami membangun Astana Giribangun itu, kita-kira 37 km dari Solo, untuk keluarga. Bahkan, tidak hanya untuk keluarga, pengurus Yayasan Mangadeg pun bisa dimakamkan di sana. Tempat itu sudah dikapling, dan pengelolaannya diserahkan pada Yayasan Mangadeg.
Kita yang masih hidup wajib memikirkan keluarga yang sudah meninggal, seperti saya memikirkan ayah saya. Maka kami membangun makam untuk ayah, dan untuk ibu sekaligus. Di samping itu, saya pikir, baik saja kita berbuat begitu kalau kita tidak mau menyusahkan orang lain, tidak mau menyulitkan anak cucu kita. Dan di Jawa, memang biasa kita menyiapkan tempat sebelum meninggal. Kita menyadari bahwa besok lusa kita toh akan kembali.
Dihitung dari sejak lahirnya "Supersemar" sampai 1988, berarti saya memegang pucuk pimpinan sudah dua puluh dua tahun. Saya merenungkannya kembali.
Selalu, sewaktu tugas apa pun yang diberikan kepada saya, saya mohon petunjuk kepada Tuhan.
Alhamdulillah, sampai sekarang saya tidak merasa gagal dalam memegang dan melaksanakan tugas saya.
Kalau ada yang kurang berhasil, maka lantas saya mupus, pasrah. Artinya, saya berpikir, barangkali memang kemampuan saya cuma sampai di situ.
Saya telah berusaha dan nyatanya, seperti yang saya lihat dan pertimbangkan, usaha saya itu berhasil sesuai dengan kemampuan saya. Begitulah saya berpikir. Begitulah penilaian saya. Saya tak pernah merasa gagal. Tetapi, kalau ada orang yang menilai lain mengenai hasil pekerjaan saya itu, saya serahkan kembali penilaiannya itu kepada yang bersangkutan.
Demikian perasaan dan pikiran saya sejak masa revolusi. Apa yang ditugaskan kepada saya, saya kerjakan dengan sebaik-baiknya, sambil memohon bimbingan dan petunjuk kepada Tuhan.
Mengenai kesalahan, saya berpikir, "Siapa yang mengukur salah itu? Siapa yang menyalahkan?"
Sekarang, misalnya, pekerjaan sudah saya laksanakan, berjalan baik dan berhasil, menurut ukuran saya. Tetapi, kalau ada orang lain yang melihat hasil pekerjaan saya itu dari segi yang lain, lalu menilai salah atau gagal, maka saya akan berkata, "Itu urusan mereka."
Saya percaya bahwa apa yang saya kerjakan, setelah saya memohon petunjuk dan bimbingan-Nya, itu adalah hasil bimbingan Tuhan.
.........
Kalau ditanya apa wasiat saya kalau saya nanti pada waktunya dipanggil Yang Maha Kuasa? Wasiat saya, sebenarnya bukan wasiat saya sendiri, melainkan wasiat atau pesan kita bersama. Yakni, agar mereka yang sesudah kita benar-benar dapat menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara RI berdasarkan Pancasila ini.
Saya pikir, yang penting adalah suatu pengelolaan Negara Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 sedemikian rupa sehingga cita-cita perjuangan bangsa kita benar-benar terlaksana dan tercapai dengan sebaik-baiknya.
Selama bangsa Indonesia tetap berpegang kepada Pancasila sebagai landasan idiilnya, dan UUD '45 sebagai landasan konstitusionalnya, (dan tetap setia pada kepada cita-cita perjuangannya, ialah mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila), dengan sedirinya persatuan dan kesatuan bangsa itu akan terwujud. Berpegang kepada kedua hal itu, cita-cita perjuangan sebagai bangsa yang tetap ingin merdeka, berdaulat, bisa hidup dalam kemakmuran dan keadilan, niscaya akan tercapai!
Insya Allah!
(selesai)

Kamis, Januari 31, 2008

Headline : MRP Dikategorikan Korupsi

JAYAPURA – Penyalahgunaan uang di MRP dengan mengalokasikan anggaran tunjangan kesejahteraan yang tidak sesuai dengan peraturan, kata Direktur Lembaga Penguatan Masyarakat Sipil Papua Budi Setyanto bisa dikategorikan sebagai korupsi.
“Alokasi anggaran yang tidak disesuaikan peraturan yang ada bisa kita sebut sebagai korupsi,” kata Budi ke Bintang Papua saat dihubungi semalam.
Budi tidak mempersoalkan anggota dan pimpinan MRP mendapatkan kesejahteraan. Namun, “Yang penting sesuai dengan peraturan yang ada,” katanya.
Sementara dari laporan Papua Coruption Watch (PCW) ke jaksa, penggunaan anggaran kesejahteraan bagi anggota dan pimpinan MRP yang dibelanjakan sepanjang tahun 2006 tidak sesuai dengan peraturan yang ada.
“Itu sudah ada dalam dokumen yang telah saya sampaikan ke kejaksaan,” tegas Rifai Darus, Ketua PCW kepada Bintang Papua.
Sementara Ketua BPK Perwakilan Jayapura Sudin Siahaan menyatakan, data tentang adanya laporan penggunaan anggaran MRP tahun 2006 bisa didapat dari publikasi melalui internet.
“Semua data dan laporan telah dipublikasikan melalui internet. Silahkan cari sendiri,” permintaan Ketua BPK Perwakilan Jayapura kepada Bintang Papua saat menanyakan tentang laporan penyalahgunaan anggaran MRP tahun 2006.
Laporan itu biasanya memang telah dipublikasikan ke publik melalui website http://www.bpk.go.id/ . Sayangnya, Bintang Papua belum sempat menemukan data tersebut yang telah dipublikasikan.
“Itu dokumen publik dan bisa dibaca semua orang,” katanya.
Dari data BPK Perwakilan Jayapura yang ditemukan Papua Corruption Watch dan telah dilaporkan ke kejaksaan, penggunaan anggaran untuk tunjangan-tunjangan anggota dan pimpinan MRP dibelanjakan Rp 12 miliar lebih.
Semua anggaran ini dipakai untuk 39 orang anggota MRP, termasuk tunjangan jabatan anggota MRP yang tidak menjabat sebagai pimpinan MRP dan Pimpinan Kelompok Kerja.
Tunjangan jabatan ini tidak terlalu besar-besar amat. Dalam keterangan persnya beberapa waktu yang lalu, PCW menyebut tunjangan jabatan untuk anggota MRP hanya Rp 280-an juta.
Yang cukup besar, ada pada tunjangan sewa mobil dan sewa rumah anggota MRP. Jumlahnya hampir Rp 7,5 miliar. Setara dengan Rp 530 ribu per hari. (ab)

News : Jemput Paksa Mantan Kadis Pariwisata Prov. Papua

Terkait Dugaan Korupsi Dana DAS 1,4 Milyar


JAYAPURA – Mantan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Papua, Abner Kambuaya, rencananya akan dipanggil paksa oleh pihak Kejaksaan Tinggi Papua, apabila terbukti tidak dalam keadaan sakit. Hal ini ditegaskan Kepala Kejaksaan Tinggi Papua, Madfud Manan SH kepada wartawan usai acara Sertijab Kajari Fak-fak di aula Kejati Papua, Rabu (30/1).
“Kalau memang yang bersangkutan tidak sakit atau pura-pura sakit maka kami akan jemput paksa,” tegasnya.
Dikatakan, hingga saat ini memang pelaku masih dirawat di RS Santo Borromeus Bandung, akibat mengalami stroke. Namun, belum diketahui pasti apakah pelaku memang masih sakit atau sudah sehat. Sebab, dari pihak RS sendiri belum memberikan catatan medis, tentang kondisi kesehatan pelaku. “Petugas kami sudah ke Bandung untuk melihat langsung kondisi yang bersangkutan. Dan sampai saat ini kami belum menerima hasil catatan medis yang dikeluarkan RS,” ujarnya.
Dijelaskan, sebelum pelaku berangkat ke Bandung untuk menjalani perawatan pihaknya sudah tiga kali melakukan pemanggilan, namun pelaku tidak bisa hadir dengan alasan sakit.
“Kita sudah lakukan pemanggilan tiga kali tapi pelaku tidak pernah hadir dengan alasan sakit. Makanya pemanggilan yang keempat ini, kalau tetap tidak hadir maka kita akan jemput paksa. Sebab sesuai aturan KUHAP, pelaku apabila dalam pemanggilan yang ketiga tidak dapat dapat hadir, maka aparat hukum yang berwenang dapat melakukan upaya penjemputan paksa,” jelasnya sembari menambahkan pihaknya akan menunggu hasil catatan medis untuk penyelidikan lebih lanjut. “Kita tunggu hasil catatan medis, untuk mengambil langkah selanjutnya,” tambahnya.
Seperti diketahui, mantan Kadis Pariwisata Provinsi Papua, Abner Kambuaya dituduh telah melakukan tindak pidana korupsi sebesar 1,4 Milyar dari dana Dokumen Anggaran Satuan kerja (DAS) tahun 2004 di Dinas Pariwisata Provinsi Papua.
Dimana ada beberapa kegiatan atau proyek yang dianggarkan, pada kenyataanya tidak dilaksanakan seperti proyek Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) sebesar Rp 268 Juta untuk setiap Dinas di daerah, Studi Kelayakan Pantai Hamadi sebesar Rp 123 juta, Kegiatan Perjalanan Dinas ke Luar Negeri sebesar Rp 74 Juta, Pelatihan aparatur Kabupaten Supiori dan beberapa proyek lainnya.
Dalam kasus ini, selain melibatkan kepala dinas juga pemegang kas bernama Yustin, yang sudah lebih dulu diajukan ke persidangan dan telah divonis 5 tahun penjara oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jayapura. Atas putusan itu, terdakwa Yustin mengajukan banding. (rin)

Features : Soeharto, Dari Buku ke Buku

Memahami Pak Harto dari Buku Otobiografinya “Soeharto: Pikiran Ucapan dan Tindakan Saya” (bagian 1)

oleh: Gatot Aribowo

“Kebahagian itu tidak terletak pada pangkat dan kedudukan, tetapi pada amal yang baik. Itulah ajaran yang saya berikan kepada anak-anak saya,” ucap Pak Harto dalam buku otobiografinya “Soeharto: Pikiran Ucapan dan Tindakan Saya”.

Berbeda dengan Pak SBY yang salah satu anaknya jadi tentara, Pak Harto ternyata tak menurunkan jiwa kemiliteran ke anak-anaknya. Tak satupun anak-anaknya yang jadi tentara. Bahkan sebagai seorang tentara, Pak Harto justru seperti tak menginginkan generasinya ada yang mengikuti jejak ayahnya.
Dalam buku otobiografi “Soeharto: Pikiran Ucapan dan Tindakan Saya” yang terbit 20 tahun sebelum beliau tutup usia, Pak Harto memang merestui anak-anaknya untuk terjun dalam usaha bisnis. Bahkan mungkin Pak Harto tak menduga kalau bisnis anak-anaknya bisa membentuk kerajaan konglomerasi. Saking mengguritanya bisnis ini, Pak Harto sampai tak sadar kalau kelak salah satu anaknya ada yang jadi tersangka kasus korupsi.
Sebenarnya, jauh sebelum Tommy Soeharto tersangkut kasus korupsi, ayahnya telah mengingatkan untuk tak mendewakan harta. Pesan Pak Harto ini seperti ditulis dalam buku otobiografi yang diterbitkan tahun 1988 oleh PT Citra Lamtoro Gung Persada, yang dipaparkan G. Dwipayana dan Ramadhan K.H.

Berikut sedikit kutipannya:
Sekarang (1988) anak-anak saya sudah pada besar, sudah dewasa. Lima dari mereka sudah berumah tangga, dan kami sekarang sudah bercucu sebanyak 9 orang. Yang sulung, Siti Hardijanti Hastuti Indra Rukmana memilih menjadi wiraswasta di samping menjadi ibu rumah tangga. Tetapi nampak sekali ia lebih cenderung, lebih disibukkan oleh kegiatan-kegiatan sosial.
Yang bungsu, yang keenam, Siti Hutami Endang Adiningsih belum lama ini telah menjadi sarjana, menyelesaikan studinya di Institut Pertanian Bogor. Ia memilih untuk menjadi ahli statistik pertanian.
Sigit Harjojudanto, anak saya yang kedua memilih menjadi pengusaha.
Bambang Trihatmodjo, anak saya yang ketiga terjun ke dunia bisnis.
Siti Hediati Harijadi, keempat, selain menjadi ibu rumah tangga, anggota Persit, tentunya karena suaminya seorang ABRI, giat di bidang sosial, mengurus Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan.
Hutomo Mandala Putra, kelima, memilih menjadi pengusaha juga, melewati masa kesukaannya menjadi pembalap dan olahraga terbang.
Alhamdulillah, mereka semua jadi manusia - begitu sebutannya di tengah-tengah kehidupan kita sekarang - sementara saya mengharuskan mereka untuk mengetahui akan kewajiban mereka sebagai manusia yang hidup di tengah masyarakat luas. Kami didik mereka, terutama supaya ingat pada orang tua, supaya hormat dan mengerti akan kewajiban mereka sebagai anggota masyarakat, dan selalu takwa kepada Tuhan.
Nampaknya mereka mengerti akan kewajiban mereka untuk menaruh hormat pada kami sebagai orang tua. Mereka mengerti akan kewajiban mereka sebagai anggota masyarakat. Mengikuti petunjuk saya dan petunjuk ibu mereka, mereka giat di bidang sosial.
Tutut menjadi Ketua Umum Himpunan Pekerja Sosial Indonesia (HIPSI) sejak organisasi itu berdiri pada tanggal 11 Maret 1987. Maksudnya untuk meningkatkan mutu pelayanan sosial. Ia pun jadi bendahara Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan (YDGRK). Ia berkunjung ke berbagai daerah yang tertimpa bencana alam dan menyampaikan bantuan yayasan itu.
Siti Hediati Prabowo - begitu namanya sekarang - adik Tutut, terpilih sebagai Bendahara Umum HIPSI. Gantian dengan Tutut, ia menyerahkan bantuan kepada orang-orang yang tertimpa bencana alam di pelbagai daerah.
Tutut juga jadi Ketua Umum Yayasan Tiara Indah, membantu upaya perajin kecil, misalnya penenun dalam memasarkan produksinya. Yayasan ini telah diberi hadiah Upakarti oleh pemerintah yang diserahkan langsung oleh Presiden.
Tutut juga duduk sebagai pimpinan PT Citra Lamtoro Gung Persada. Ia juga anggota Majelis Pemuda Indonesia. Ia memang tertarik pada pekerjaan sosial. Ia katakan, sejak lahir sampai mati kita ditolong orang lain. Itu ajaran yang kami berikan kepadanya, agar tidak hidup sendirian, tetapi bermasyarakat.
Mereka gerakkan organisasi sosial itu, sehingga sekarang sudah ada empat ratus ribu orang anggotanya, lulusan sekolah kesejahteraan sosial. Tentang ini Tutut berpikir - sesuai dengan ajaran yang diberikan ibunya - pekerja sosial harus profesional, jangan setengah-setengah.
Anak-anak kami juga mengagumi cara kami membina dan mendidik mereka.
Saya tidak ingin anak-anak saya mendewakan harta dan pangkat. Yang saya harapkan, mereka meningkatkan ketakwaan dan patuh kepada Tuhan, mengabdi kepada orang tua, masyarakat, negara dan bangsa.
Pepatah Jawa menyebutkan, mempunyai harta benda itu tandanya dapat menguasai dunia, hanya saja usahakanlah ketentraman lahir batin, yaitu lahir seimbang dengan batin.
Bagaimana pandangan saya mengenai seseorang yang mendapat rizki cukup di tengah pembangunan kita sekarang?
Memang kita mempunyai hak untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar mendapat rizki yang cukup, dan berusaha memperoleh petunjuk dari Tuhan agar kita mendapat keberuntungan. Kalau keinginan kita itu sampai terwujud, jelas kita harus bersyukur. Kalau kita berhasil lagi, patut kita mensyukuri-Nya lagi. Tapi ingat, kita tidak boleh mendewakan harta, melainkan menggunakannya untuk melaksanakan kewajiban kita, ialah berbuat baik kepada sesama manusia.
Kebahagian itu tidak terletak pada pangkat dan kedudukan, tetapi pada amal yang baik. Itulah ajaran yang saya berikan kepada anak-anak saya.
(bersambung)

Sabtu, Januari 26, 2008

Headline : Ketemu Gus Dur, DAP Tolak PP 77 2007


JAKARTA – Dewan Adat ramai-ramai datang ke Jakarta mencari Gus Dur. Dihadapan Gus Dur, Dewan Adat menyampaikan penolakannya atas Peraturan Pemerintah nomor 77 tentang lambang daerah yang melarang Bendera Bintang Kejora dijadikan lambang. Dewan Adat juga menyampaikan ke Gus Dur atas keberatannya terhadap rencana pembangunan pangkalan peluncuran satelit di Biak.
“Gus Dur langsung menanggapi kalau seharusnya pemerintah terlebih dulu membicarakannya dengan masyarakat adat sebelum menerbitkan peraturan tersebut dan saat merencanakan pembangunan pangkalan peluncuran satelit di Biak,” kata Ketua Dewan Adat Papua, Forkorus Yoboisembut saat dihubungi wartawan Bintang Papua melalui telepon selularnya.
Dewan Adat Papua mendatangi Jakarta juga bersama-sama dengan Dewan Adat Biak, Yan Piter Yarangga. Berangkat ke Jakarta sejak beberapa hari lalu, baru Kamis (24/01) ketemu dengan Gus Dur.
“Kami belum sempat berbicara banyak dengan Gus Dur, karena jadwal beliau padat sekali, apalagi beliau baru saja selesai cuci darah,” kata Forkorus.
Forkorus hanya sempat ketemu dan bicara dengan Gus Dur selama 5 menit.
“Memang waktu yang sedikit, tapi ternyata kami telah mendapat dukungan dari mantan presiden Indonesia yang mengerti dengan masyarakat Papua,” katanya.
Selain mencari Gus Dur, Dewan Adat juga datang ramai-ramai ke Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI. Disana mereka ketemu dengan anggota DPD dari Provinsi Papua.
“Kami menyampaikan beberapa hal ke anggota DPD soal pemekaran dan terakhir PP yang melarang Bintang Kejora dijadikan lambang daerah.”
Dan, apa tanggapan DPD?
“Mereka justru menyalahkan pemerintah yang telah memekarkan provinsi di Papua serta telah mengeluarkan peraturan yang melarang penggunaan Bintang Kejora sebagai lambang daerah,” jawab Forkorus.
DPD, kata Forkorus, menganggap pemerintah telah melanggar hukum yang dibuatnya sendiri.
“Pemekaran semestinya dari undang-undangnya perlu mendapat persetujuan dari Majelis Rakyat Papua dan DPR Papua. Tapi kenyataannya pemerintah [Megawati, saat itu] justru menerbitkan instruksi presidennya untuk membentuk Provinsi Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Tengah,” pungkasnya.
Sementara DPD RI sendiri menyatakan penolakannya atas terbitnya PP nomor 77 tahun 2007. DPD akan berupaya untuk mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mencabut peraturan tersebut.
"Kami minta untuk dicabut! Kalau tidak Indonesia sendiri menyuruh orang Papua keluar dari RI," ujar anggota DPD dari Papua, Ferdinanda Ibo Yatipay, seperti dikutip okezone dalam situsnya. (ab)

News : SRIWIJAYA FC 60 % vs 40 % PERSIWA

Tipis, Tapi Tetap Ada

Laga penentu menuju semi final

JAYAPURA – Perjuangan Persiwa Wamena pada babak delapan besar group A Liga Djarum Indonesia XIII tahun 2007 akan ditentukan nasibnya pada Sabtu (26/1) petang nanti saat menghadapi pimpinan group A Sriwijaya FC. Peluang anak asuh Djoko Susilo ini sangat tipis, bahkan, boleh dibilang hanya keajaiban saja yang bisa meloloskan Persiwa ke semi final Liga XIII tanggal (6/2) mendatang di Gelora Bung Karno Senayan Jakarta. Memang, untuk bisa menembus semi final bukanlah hal mudah, tidak hanya tembus, tetapi memenangkan partai ini saja dianggap cukup berat. Secara materi, Sriwijaya FC masih diatas Persiwa, selain itu mereka juga memiliki kans paling besar untuk menggapai tangga semi final.
Untuk mencoba peruntungan itu, sore nanti Persiwa diharuskan mampu mengoptimalkan setiap kesempatan, artinya, jika memang ada peluang dan kesempatan, jangan lagi Pieter Rumaropen cs gagal mencetak gol, sebab, hanya dengan mencetak gol lebih dulu maka permainan akan semakin seru. Oleh sebab itu, Djoko Susilo meminta kepada para punggawa tim supaya tetap konsen dan jangan panik ketika mendapat tekanan dari Sriwijaya FC.
“Peluang kami memang tipis, tetapi dalam sepak bola semua masih bisa terjadi, saya tetap menginstruksikan pemain agar tidak panik ketika mendapat tekanan, sebab, dalam dua pertandingan sebelumnya pemain tidak konsentarsi saat kami mendapat tekanan,” tutur Djoko saat dikonfirmasi Bintang Papua semalam. Bila melihat kekuatan Persiwa saat ini, mereka memiliki massa recoveri yang lumayan bagus, yakni, bisa istirahat sampai dua hari. Namun, hingga kemarin semua media lokal maupun nasional masih lebih menjagokan Sriwijaya FC ketimbang Persiwa Wamena, menurut mereka, Persiwa tetap saja masih kalah kelas dari Sriwijaya FC, kondisi tak membuat anak-anak Badai Pegunungan Tengah-julukan Persiwa ini jadi kendor semangat, mereka malah termotovasi untuk bisa mengimbangi atau bahkan mengalahkan skuad besutan Rahmad Darmawan itu.
Jika Persiwa ingin lolos, minimal mereka memenangkan pertandingan dengan skor 2-0, itu pun dengan catatan Arema Malang kalah, jika Arema yang menang, malah bakal ramai soal siapa tim yang lolos ke semi final. Persiwa sendiri tak boleh kalah, bahkan, misi kemenangan menjadi amunisi utama untuk menghentikan semua pendapat publik. (gol)

News : Stop Bunuh Orang Papua Dengan Bintang Kejora!



JAYAPURA—Sekretaris Pokja Agama pada lembaga Majelis Rakyat Papua (MRP), Pene Ipi Kogoya, S.Pd menilai, Bintang Kejora yang selama ini dijadikan sebagai lambang daerah telah menelan ratusan korban jiwa rakyat Papua karena ada stigma-stigma politik dari pihak-pihak tertentu yang sengaja dilempar untuk memperkeruh situasi.
Karena itu, sebagai salah seorang anggota MRP yang bertugas memperjuangkan hak-hak dasar orang Papua, Pene meminta semua pihak, baik Pemerintah Pusat, DPR, Pemprov Papua, DPRP dan aparat penegak hukum untuk tidak memandang masalah Bintang Kejora secara fragmentaris melainkan komprehensif dan menyeluruh dari berbagai aspek dan berhenti menggunakan perangkat politik tersebut untuk membunuh rakyat Papua.
“Saya menegaskan, stop bunuh orang Papua dengan Bintang Kejora, karena semua ini sudah diatur dalam UU Otsus No 21 Tahun 2001. Dan semua pihak seharusnya melihat lambang daerah dalam bingkai UU Otsus tidak secara sepotong-sepotong, karena basis dari UU Otsus sebenarnya adalah hak-hak dasar orang Papua, termasuk penggunaan Bintang Kejora sebagai lambang kultural,” tegas Pene.
Menurut Pene, masalah Bintang Kejora terlalu dilihat miring sebagai lambang politik separatis. Padahal, akunya, kaum separatis Papua yang tergabung dalam gerakan OPM adalah rakyat Papua yang telah ikut menikmati dana Otsus sejak 2001, yang tentunya sadar akan kecintaannya pada NKRI. Sebab gerakan separatis berkaitan erat dengan permasalahan hak-hak dasar orang Papua seperti pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan yang belum dinikmati sepenuhnya.
“Dalam UU Otsus Bab 1 Pasal 1 sudah tertuang dengan jelas bahwa Bintang Kejora dipakai sebagai Lambang Daerah, bukan lambang kedaulatan. Memang kita kuatirkan bawah spirit masyarakat, masih seperti pra Otsus bahwa ia tetap diartikan sebagai lambang kedaulatan, tetapi kita berupaya mengarahkan agar perangkat ini dipahami sebagai lambang kultural Papua melalui bingkai Otsus,” ungkapnya.
Pene juga menjelaskan, pihak MRP Oktober lalu telah mengajukan draf Perdasus tentang Penggunaan Bintang Kejora yang telah digodok DPRP namun belum disahkan hingga kini. Pene yang ketika itu duduk sebagai Wakil Ketua Pansus Bidang Pengkajian Draf Perdasus tersebut berharap, dengan adanya Perdasus tersebut, stigma politik negatif terhadap Bintang Kejora bisa dihilangkan dan bencana pertumpahan darah yang ditimbulkannya dihentikan.“Salah satu butir draf Perdasus yang diajukan ialah bahwa pada setiap 1 Desember, masyarakat Papua boleh menaikkan Bintang Kejora sebagai lambang kultural di beberapa sentimeter dari bendera merah putih, selain itu boleh dinyanyikan lagu Hai Tanah Papua. Saya berharap ketakutan psikologis kalangan tertentu akan adanya pemaknaan lambang ini sebagai kedaulatan bisa dihindari karena semuanya sudah terjabar dalam UU Otsus,” tegas Pene. (gus)

Kamis, Januari 17, 2008

Headline : Persiwa Wamena Gilas Arema 2-1

Pertandingan ditunda menit ke 69 akibat Aremania Bersikap Anarkis

JAYAPURA – Tekad Persiwa Wamena untuk mendulang point absulot dari tangan Arema Malang pada pertandingan delepan besar liga PSSI terhenti pada menit 69”. Ya, dalam duel kedua babak delapan besar group A antara Persiwa versus Arema, tim hijau hitam sudah unggul 2-1 hingga menit 69”, sayang, dua keunggulan sementara Persiwa lewat gol kepala Oscar Mariano pada menit 27” dan Pieter Rumaropen di menit 65” harus tertunda dengan aksi anarkis para sporter pendukung Arema yang masuk kedalam lapangan memukul perangkat pertandingan (assisten wasit satu dan dua) lantaran mengangkat bendera pemain Arema yang terperangkap off side. Sementara Arema sempat memperkecil ketertinggalan pada menit 66” lewat aksi Emil Mbamba hingga kedudukan sementara 2-1 untuk kemenangan Persiwa.

Dari jalannya pertandingan yang disiarkan langsung oleh ANTV itu dipimpin wasit Jajat Sudrajat, tensi laga kedua tim sesungguhnya biasa-biasa saja, bahkan, mereka masih mampu mengontrol irama permainan. Sebenarnya Arema sempat menjebol gawang Persiwa yang dikawal Charles Woof, namun, sebelum gol Patricio Morales, bola lebih dulu menyentuh tangan pemain asing ini, bahkan, kembali aksi Morales yang menjebol gawang Woof untuk kali kedua pun dianulir assisten wasit satu lantaran melihat posisi Morales sudah dalam posisi off side.

Persiwa akhirnya mampu unggul setelah tendangan bebas Pieter Rumaropen dilanjutkan dengan tandukan tipis dari Oscar Mariano hingga kedudukan berubah menjadi 1-0. Akibat dua gol Arema yang dianulir wasit, sporter Aremania malah meluncur masuk kedalam stadion Brawijaya Kediri dan sempat memukul assisten wasit satu Yuli Suratno dan tak mampu melanjutkan tugas, kemudian digantikan oleh Suhaidi Yunus. Tetapi lagi-lagi assisten wasit dua harus mengalami nasib yang sama, entah lemparan atau pukulan, sporter pun masuk kedalam lapangan memukul perangkat pertandingan dan juga para pemain Persiwa.

Kondisi stadion semakin panas, semua fasilitas stadion di rusak, kedua gawang di tengah lapangan ikut dibakar penonton dan sporter Aremania. Panpel pun tak mampu mengatasi kejadian tersebut hingga menunda lanjutan pertandingan yang tersisa sekitar 20-an menit. Ya, laga kedua tim terhenti setelah aksi sporter yang membakar gawang dan baliho disekitar tepian lapangan membuat situasi menjadi anarkis hingga tak mampu diatasi lagi oleh kedua kubu maupun panpel dan perangkat pertandingan. Hingga berita ini diturunkan, belum ada kepastian kelanjutan pertandingan yang tersisa 20 menit lebih itu. Tapi, dengan kemenangan sementara ini, Persiwa memimpin klasemen group A dengan point tiga disusul Sriwijaya FC dan PSMS Medan yang berbagi angka 2-2 pada laga pertama.(gol)

News : Enam Korban Tanah Longsor Dimakamkan Satu Liang


8 Sudah Dimakamkan, 3 Diterbangkan ke Manado

JAYAPURA–Delapan korban meninggal dalam musibah tanah longsor yang terjadi di Kompleks Kesehatan belakang RSUD Dok II, Rabu (21/11) dimakamkan di tempat pemakaman yang berbeda di Jayapura. Enam korban dari keluarga Marantika dan Faidiban, yaitu Novelyn Marantika (18), Susana Marantika (12), Karel Faidiban (73), Gabriel Faidiban (3), Merry Ireuw (25), dan Yuli Bebari (26), dimakamkan dalam satu liang lahat di Pekuburan Kristen Tanah Hitam. Sedangkan jenasah korban Filo Awom (25) dan Frengky Abidondifu (15), dimakamkan di Pekuburan Kristen Tanah Hitam.

Dari pantauan Bintang Papua di lokasi penguburan Tanah Hitam, keenam jenasah korban tiba sekitar pukul 14.30 Wit, satu persatu peti jenasah langsung dimasukkan ke dalam liang lahat yang berukuran sekitar 6 x 2 meter. Posisi jenasah korban diletakkan berderet menghadap ke arah timur. Acara pemakaman diawali dengan ibadah yang dipimpin Pdt. J Paru, S.Th

Ratusan pelayat, dengan deraian air mata turut mengantar kepergian para korban, ke tempat peristirahatan terakhir mereka.

Gerson Marantika, tak kuasa menahan kesedihan, karena harus kehilangan dua anak yang sangat dicintainya. Berulang kali dia berteriak memanggil nama keduanya, begitupun kakak perempuan korban yang beberapa kali terjatuh pingsan. Karena tak kuasa menyaksikan yang harus pergi dengan cara tragis. Tak bedanya dengan keluarga Marantika, keluarga Faidiban juga larut dalam kesedihan, karena tiga orang yang mereka cintai harus pergi dengan cara mengenaskan.

Sementara itu, tiga jenasah dari keluarga Saerang, yakni Rudi Saerang (35) bersama dua anaknya, Jeremika Saerang (8) dan Jefedika Saerang (6 Bulan), setelah disemayamkan di Gereja GKI Jemaat Betlehem Dok II Jayapura, Rabu (16/1) kemarin, langsung diterbangkan ke Manado dengan menggunakan pesawat Merpati, untuk selanjutnya dikuburkan di kampung halamannya di Amurang. (rin)

Feature : Suara Penuh Harap Itu, Berujung Maut (2/habis)

“ Saya Tertimbun Longsor, Tolong Ijin Di Sekolah”

Oleh : DEFRIANTI


Tak ada yang menyangka suara terakhir Susan Marantika (12) dibalik telepon selulernya kepada kakak sahabatnya Firlencia Tomasouw“ Kak longsor, tanah sekeliling mengeras, saya tertimbun tanah longsor, tolong ijin disekolah” merupakan pesan terakhir selama-lamanya.

Susan Marantika (12), seorang gadis remaja, mempunyai sosok yang pendiam dan tekun dalam belajar. Sejak berada dibangku Sekolah Dasar (SD) Kalam Kudus Jayapura selalu berada dalam peringkat sepuluh besar.

Sebelum maut menjemputnya pada peristiwa naas itu, Susan terlihat ceria, wajahnya selalu dipenuhi senyuman. Ia pun, serasa ingin bernostalgia dengan sahabat karibnya sejak kecil. Lewat kakak kelasnya Firlenca Tomasouw akhirnya ia mendapat nomor telepon seluler sahabatnya Sena Tomasow.

“ Lama kita tidak bertemu, datang ya di pesta ulang tahunku pada Senin (14/1). Soalnya saya tidak pernah merayakan ulang tahunku, “ kenang Sena sambil matanya berkaca-kaca.

Sena tak menyangka sahabat dekatnya, sejak kecil pergi selama-lamanya. Undangan perayaan ulang tahun yang disampaikan Susan kepadanya belum dipenuhi. Hanya sebuah wujud yang tak bernyawa ditemukan dalam sebuah pembaringan.

Firlencia penerima pesan dari Susan mengaku antara sadar dan mimpi ketika menerima telepon seluler dari Susan, korban longsor di Perumahan kesehatan Dok II Jayapura.

“ Waktu itu, saya hanya jawab ya, ya, saja, “ ungkapnya.

Setelah pukul 04.00 WIT, Fielencia sadar, bahwa ia menerima telepon seluler dari sahabat adiknya.

Hans Imbir, salah seorang Jemaat Gereja Betlehem Perumahan kesehatan Dok II Jayapura mengaku menerima sebuah pesan yang memberitahukan longsor dan minta ijin di sekolah pada pagi hari.

Tetapi ketika ia mencoba menghubungi telepon seluler (HP) milik Susan sudah tidak terhubung.

“ Saya telepon sekitar pukul 10.00 WIT, tapi HPnya sudah tidak bisa dihubungi. Kalau bisa waktu itu mau saya iasikan pulsa untuk komunikasi

Upaya yang dilakukan tim satuan koordinasi dan pelaksana (Satkorlak) penanggulangan bencana alam tak berhasil menyelamatkan Susan yang berada dalam reruntuhan bangunan dan timbunan longsor.

Padahal, sebelumnya Susan sempat meminta bantuan kepada orang-orang terdekat mengenai keberadaannya di dalam timbunan itu. Susan saat longsor berada dalam kamarnya, ruangan yang ditempatinya beruntung tidak runtuh meremukkan tubuhnya. Namun dewi fortuna, pemebawa keberuntungan belum berpihak kepadanya. Ia diduga kehabisan oksigen ketika berada dibawah longsoran tanah. Pertolongan yang dinantikannya tak kunjung tiba.

Dalam suara terakhirnya, ia yakin, masih ada secercah harapan untuk kembali ke Sekolah berkumpul bersama teman-teman. Tapi, gelap tiba-tiba datang. Harapannya suram. Tuhan Berkehendak lain dalam kehidupannya. Sesaat beberapa Jam setelah merayakan Ulang tahunnya. Ia harus pulang ke tempat asal dari mana ia datang. Tubuh Susan terbujur kaku ketika diketemukan Tim Satkorlak.

News : Gubernur: Longsor Akibat Kawasan Penyanggah Dirusak

JAYAPURA- Bencana longsor yang terjadi pada Selasa (15/1) dini hari, di perumahan kesehatan Dok II Jayapura akibat kawasan penyanggah dari gunung Cycloop yang dirusak oleh manusia.

“ Pemerintah Kota Jayapura harus melihat tata ruang kota, hutan-hutan sebagai kawasan penyanggah dirusak. Itu sumber malapetaka, “ kata Gubernur Barnabas Suebu di Gedung Negara Jayapura, Rabu (16/1).

Bas mengatakan, jika bangunan liar dan kompleks perumahan di perbukitan diberi ijin terus berlangsung maka seluruh masyarakat yang bermukim di daerah Kota Jayapura akan mengalami malapetaka lebih para dari peristiwa sebelumnya.

“ Aturannya ada, tetapi tidak ditegakkan. Sehingga bangunan berkembang begitu rupa, “ ujarnya.

Sistem Drainase

Selain itu, Bas juga menyebutkan, banjir yang terjadi di Kota Jayapura bersaman dengan peristiwa longgsor juga disebabkan sistem drainase yang tidak berfungsi baik.

“ Ini lucu kalau kota yang berada di lereng gunung dan berdekatan dengan laut bisa mengalami banjir, “ katanya.

Padahal, sistem drainase pada zaman penjajahan Belanda, di daerah bambu kuning, Polimak, berfungsi sangat baik dan terdapat pembuangan air yang berakhir ke laut. Namun saat inidrainase itu telah ditutup dengan bangunan baru.

Demikian halnya, aliran sungai yang berada di APO. Sungai kecil yang bermuara ke Dinas Perhubungan Provinsi Papua tertutup dan air menggenagi Kantor Bank Indonesia (BI).

Siapkan Kota Baru

Sementara itu, untuk jangka panjang pemerintah berencana menyiapkan pemukiman baru, ke arah koya sebelah selatan Danau Sentani.

“ Saat ini sedang dibuat perencanaan infrastruktur dan Master Plan , “ kata Bas.

Awalnya, kota Jayapura dirancang oleh Belanda pada waktu itu berkapasitas 30 ribu orang. Seluruh sistm kota ini direncanakan mulai dari hutan,air minum, listrik, dan drainase yang digunakanuntuk mlayani masyarakat.

Puluhan tahun kemudian, pertumbuhan penduduk bertambah 10 kali lipat yang berjumlah 215 ribu dengan kenaikan 15 persen. 10 tahun ke depan daya lingkungan di Kota Jayapura tidak mencukupi untuk menampung populasipenduduk. (ti)

Rabu, Januari 16, 2008

Headline : Longsor Benamkan 11 Orang

Akibat lereng bukit dijadikan lahan kebun pisang

JAYAPURA – Bencana tanah longsor yang membenamkan 11 orang melanda Kompleks Kesehatan, belakang RSUD Dok II, RT 02 RW 06, Kelurahan Bhayangkara, Distrik Jayapura Utara, Selasa (15/1) dini hari sekitar pukul 01.00 Wit. Sebelas orang yang terbenam ini tewas tertimbun tanah, sementara lima orang selamat hingga kini kondisinya masih kritis.

Korban yang tewas antara lain, Rudy Serang (35), Yefedika Serang (8 Bulan), Yully Febary (26), Frengki Abidondifu (15), Novelin Marantika (18), Susana Marantika (12), Karel Faidiban (70), Merry Faidiban (25), Gabriel Faidiban (2), Filo Awom (25), Yeremika Serang (8).

Sementara lima korban kritis yang dirawat di ruang ICU yakni Femi Fotu (32) istri korban tewas Rudi Serang, dan anaknya Jessica Serang (8), Nasan Abidondifu (15), Reynold Marantika (15), dan Enol Marantika.

Umumnya, para korban tewas setelah terjebak didalam reruntuhan bangunan, yang tertutup lumpur. Sebab saat kejadian hujan turun dengan deras disertai guntur dan kilat sejak sore, dimana para korban sedang tertidur lelap sehingga, mereka tidak sempat menyelamatkan diri saat longsor datang menerjang.

Tanah longsor berasal dari gunung yang berada persis di belakang deratan rumah yang dihuni empat Kepala Keluarga (KK) yakni keluarga Abidondifu, Faidiban, Serang, dan Marantika. Akibat gunung yang sudah dialihfungsikan menjadi lahan kebun pisang, membuat tanah tidak lagi mampu menyerap air.

Proses evakuasi melibatkan 4 Satuan Setingkat Kompi (SSK) gabungan TNI dan Polri, dibawah pimpinan langsung Komandan Kodim 1701/Jayapura, Letkol Kav. Napoleon dan Kapolresta Jayapura AKBP Robert Djoenso. Lima unit eskavator diturunkan, untuk membantu proses evakuasi para korban.

Kronologis Kejadian :

Selasa (15/1) Pukul 01.00 Wit, Terjadi Longsor menimpa empat rumah yang dihuni 4 KK yakni keluarga Faidiban, Abidondifu, Saerang, Marantika. 16 penghuninya tertimbun longsor, namun 5 diantaranya selamat dan berhasil dievakuasi warga ke RSUD Dok II, meski hingga kini kondisinya kritis. Sementara 11 orang lainnya masih tertimbun longsor

Proses evakuasi yang dilakukan warga tidak dilanjutkan akibat hujan deras dan cuaca gelap.

Pukul 06.00 Wit tim gabungan Polri dan TNI (Polresta, Polda, Brimob, Marinir, Kodam XVII/Cendrawasih dan Kodim 1701/Jayapura, tiba di lokasi kejadian, dengan dibantu dua eskavator berukuran kecil, aparat berhasil mengevakuasi lima jenasah yakni Rudi Saerang, Jeremika Saerang, Frengky Abidondifu, Novelyn Marantika.

Pukul 10.00 Wit, Wakil Gubernur, Alex Hesegem dan Kapolda Papua Irjen Pol. Max Donald Aer, meninjau lokasi tanah longsor dan melayat para korban di kamar mayat.

Di kesempatan itu, Wagub Alex Hesegem memberikan bantuan Rp 5 Juta, untuk pendirian dapur umum.

Pukul 11.00 Wit Giliran Pangdam XVII/Cendrawasih Mayjen TNI Haryadi Soetanto meninjau lokasi kejadian, disusul para pejabat terkait baik dari Pemerintah Kotamadya Jayapura,maupun dari Provinsi Papua.

Pukul 13.30 Empat jenasah korban, yakni Gabriel Faidiban (2), Merry Faidiban (25), Yuli Febary (25), dan Susan Marantika (12) ditemukan di bagian belakang rumah keluarga Faidiban.

Pukul 14.00 Jenasah bayi Jefedika Saerang (8 Bulan) ditemukan di halaman rumahnya.

Pukul 15.00 Jenasah Filo Awom (25) ditemukan

Pukul 17.15 Jenasah Karel Faidiban (70) ditemukan. Selanjutnya para jenasah disemayamkan di gereja GKI Jemaat Betlehem RSUD Dok II Jayapura, untuk diadakan dan penghormatan dari pihak rumah sakit. (cr-02/rin)

Feature : Suara Penuh Harap itu Berujung Maut (1)

Longsor yang melanda empat unit rumah dan merenggut sebelas nyawa manusia di kompleks Kesehatan RSUD Dok II, Kelurahan Bhayangkara, Distrik Jayapura Utara menyisakan trauma yang tak terlupakan. Susan Marantika (12), Siswa SMP Kalam Kudus sebelum maut menjemputnya sempat mengirimkan sebuah pesan kepada sahabatnya melalui telepon selulernya.

Oleh : Defrianti


Puluhan perumahan kesehatan RSUD Dok II Jayapura terlihat berjejeran dan saling berhadapan rapi. Letaknya tak jauh dari Rumah Sakit terbesar milik Pemerintah daerah Provinsi Papua. Dari kompleks tersebut, disuguhkan pemandangan panorama laut yang berada di Kota Jayapura, udara pun terasa sejuk.

Kompleks yang berada diketinggian itu, jarang dilalui kendaraan. Sebab letaknya jauh dari pusat keramaian lalu-lintas.

Tetapi sejak dini hari, perumahan itu, telah sesak dengan kerumunan orang dari berbagai profesi. Kendaraan pun padat, di setiap ruas jalan menuju kompleks perumahan kesehatan tersebut. Suara tangis dan sirene mobil ambulance terdengar meraung raung di antara kerumunan banyak orang.

Empat unit rumah yang berada di kompleks tersebut, menjadi perhatian setiap orang. Bagian belakang dari bangunan yang masih berdiri terlihat hancur berantakan. Disisi kanannya, tertumpuk perabotan rumah tangga seperti sofa, meja, piring, gelas dan kasur yang dipenuhi lumpur. Sedangkan bagian depannya dari tiga rumah disisi kiri tertutup tanah, yang terlihat hanya bagian atas dari bangunan itu.

Bunyi petir menggelegar disertai hujan dan angin kencang pada Senin malam (14/1), lalu tiba-tiba terdengar suara desiran seperti air mendidih datang menghantam perumahan di Kampung Tinggi dan menelan puluhan orang yang menghuni rumah itu.

Sebuah peristiwa yang mengundang perhatian banyak orang di hari Selasa. Tidak ada seorang pun yang menyangka peristiwa bencana alam akan datang pada pukul 24.00 WIT. Hampir seluruh warga yang mendiami kompleks kesehatan terlelap. Sunyi memang, suasana malam itu, kendati masih ada sebagian orang mengobrol dan menonton televisi, sambil berjaga-jaga melewati malam yang tak bersahabat.

Sebagian orang yangmendengar suara desiran seperti air mendidih berlari keluar dari rumah sambil berteriak minta tolong namun warga yang berada di perumahan tersebut masih tertidur nyenyak.

“ Waktu mendengar suara , saya langsung keluar rumah dan minta tolong tapi sunyi sebagian orang masih tidur, “ kata korban yang selamat Karel Rumrawer.

Setelah beberapa menit berteriak, pemuda yang berada di kompleks tersebut mulai membantu menolong korban lainnya.

“ Petugas baru tiba di Tempat Kejadian Perkara, beberapa jam kemudian, “ tambahnya.

Selain Karell, korban yang selamat dari longsor tersebut berjumlah lima orang antara lain,Femi Fotu (32), Yesika Serang (6), Nasan Abidandifu (15) dan Enoi Marantika (17). Kelima korban, saat ini sedang dirawat Di RSUD Dok II Jayapura.

Sedangkan Korban yang tewas akaibat longsor yaitu, Filo Awom (25), Susan Marantika (12) Karel Faidiban (70), Merry Faidiban (25), Gabriel Faidiban (2 tahun) dan Jefedika Seram (6 bulan).

Susan sempat mengejutkan beberapa orang yang hadir di tempat kejadian tersebut. Dari timbunan tanah, Susan masih menggemgam teleponnya dan mengeluarkan suara diantara reruntuhan berharap sang waktu menahan lajunya agar bergerak lamban di hari itu. Susan masih meninggalkan secercah harapan agar Ia bisa kembali ke Sekolahnya.

“ Kak longsor, tanah sekeliling mengeras, saya tertimbun tanah longsor, tolong ijin di sekolah” kata-kata tersebut merupakan ucapan terakhir dari korban sebelum maut menjemput akibat tertimbun tanah longgsor di perumahan Kesehatan RSUD Dok II Jayapura Susan Marantika (12) melalui telepon selulernya kepada sahabatnya Firlencia sebelum maut merenggut nyawanya. Susan adalah pelajar SMP Kalam Kudus yang tertimbun longsor tanah dari perbukitan dibelakang rumahnya. Beberapa jam setelah peristiwa bencana alam, ia sempat menghubungi sahabatnya Firlencia melalui telepon selulernya.

Namun sayangnya, ketika petugas menemukan Susan diantara timbunan tanah, ia tidak menghembuskan nafas lagi. Susan pergi untuk selama-lamanya, tetapi ia masih mengingat pendidikannya yang masih dipersimpangan. (bersambung)

News : Sayang Nyawa, Jangan Bangun Rumah di Lereng


Awan Besar Menyelimuti Jayapura Bisa Berujung Longsor

JAYAPURA – Bila sayang terhadap nyawa, waspadalah terhadap bangunan rumah di lereng-lereng perbukitan. Musim penghujan dengan cuaca yang tak ramah bisa berujung pada longsor yang mengakibatkan nyawa hilang.

Kewaspadaan ini perlu dimunculkan setelah terjadi longsor yang mengagetkan di Kompleks Kesehatan, belakang RSUD Dok II Jayapura. Terlebih dengan kondisi pertanahan di Jayapura yang banyak dikelilingi perbukitan.

Kepala Bidang Data Informasi Badan Meteologi dan Geofisika (BMG) wilayah V Provinsi Papua, Ahmad Mujaihidin mengingatkan, dengan intensitas curah hujan yang sangat tinggi saat ini memungkinkan bencana longsor terjadi. Bahkan hingga April, kondisi ini masih menyelimuti kota Jayapura dan juga Papua.
“Dari bulan Januari hingga Bulan April cuaca di Papua umum dan khususnya di Jayapura akan menunjukkan awan besar yang dapat menimbulkan hujan dengan intensitas hujan yang lebat,” ungkap Ahmad.
Curah hujan sepanjang 4 bulan ke depan dikatakan Ahmad mencapai 50 mm per detik.
“Pada hari kejadian longsor [di belakang RSUD Dok II Jayapura] curah hujan mencapai 190 milimeter per detik. Wajar bila bisa mengakibatkan longsor,” kata Ahmad.
Dengan cuaca seperti ini, Ahmad kembali mengingatkan warga untuk waspada.

Jangan Bangun Rumah di Lahan Kritis

Sementara itu, Wakil Gubernur Provinsi Papua Alex Hassegem mengingatkan warga untuk tidak meminta ijin ke pemerintah membangun rumah di lereng-lereng dan lahan kritis lainnya. Pemerintah sendiri diingatkan Wagub untuk tidak memberikan ijin ke warga.

“Jayapura ini dihiasi rumah-rumah ibarat taman bunga, sehingga pemerintah kotamadya jangan kasih surat ijin membangun rumah didaerah yang sangat rawan itu. Sebab sangat berbahaya dan pemandangan yang manakutkan,” katanya.

Wagub mengingatkan ke warga untuk menjadikan pelajaran kejadian longsor di belakang RSUD Dok II Jayapura yang menewaskan 11 orang.

“Ini pelajaran bagi kita untuk tidak lagi membangun rumah di kemiringan gunung dan dilereng gunung.”

Sedangkan Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjend Haryadi Soetanto menyayangkan kurangnya sosialisasi pemerintah kepada warga yang menghuni rumah di lereng-lereng gunung. Pangdam yang meninjau anak buahnya dalam mengevakuasi korban longsor menyalahkan orang-orang yang tidak ramah terhadap lingkungan dan alam.

“Bencana ini juga ulah dari manusia sendiri,” kata Pangdam. (cr 02/rin)

Senin, Januari 07, 2008

NEWS : Persipura Siap Sandingkan Gelar


JAYAPURA – Cukup sulit bila dibayangkan, tidak hanya tim mutiara hitam-julukan Persipura yang siap menyandingkan gelar juara Copa Indonesia dan Liga Djarum Indonesia 2007, tetapi partai keras super dasyat akan disajikan pada 10 Januari dan 16 Januari mendatang, semuanya berlangsung di tanah Jawa dan Jakarta. Khusus untuk Copa, Persipura sesungguhnya memiliki kans yang luar bisa untuk menjadi yang terbaik di kancah Copa Dji Sam Soe, lawannya pun sangat berat, Persija adalah musuh Persipura, jika mampu lolos dari jerat semi final, sudah bisa dipastikan tiket final Copa pada Minggu (13/1) tak sia-sia begitu saja. Bila mampu lolos, lawan yang bakal mereka hadapi adalah Pelita Jaya Purwakarta atau bisa jadi PSMS Medan di final. Tapi, semua itu membutuhkan perjuangan ekstra keras demi sebuah prestasi, apalagi babak delapan besar yang sangat panas sudah menanti tiga hari setelah final Copa.
Nah, bila tim kebanggaan masyarakat Papua secara umum dan kota Jayapura secara khusus ini mampu melewati massa-massa kritis itu, maka sejarahpun bakal mencatat, untuk kali pertama klub di Indonesia yang mampu menggandengkan dua gelar sekaligus. Obsesi ini terlalu dini, ataupun dinilai sangat berlebihan dari sebuah akal sehat. Tetapi, sebagian besar pendukung Persipura lebih menjagokan mutiara hitam sebagai kandidat juara Copa maupun Liga..
“Aku mau pikir Copa dulu, kalau akhirnya kami mampu lolos dan masuk final hingga juara, saya kira dalam delapan besar Liga nanti kami akan berjuang mati-matian. Memang, status saya di Persipura untuk musim ini belum pasti,tetapi saya tidak mau memikirkan hal itu, sekarang yang saya pikir bagaimana kami bisa bawa dua cup itu ke Papua, ya, Papua tanah yang suci, saya mengabdi disini tanpa menuntut apapun, jika Tuhan berkehendak, kami mampu membawa dua cup itu,” tutur Assisten Pelatih Raja Isa bin Raja Akram Shah saat dikonfirmasi Bintang Papua akhir pekan kemarin di Hotel Relat Jayapura.
Memang, perjuangan belum berakhir, namun pembakar semangat berjuang demi sebuah cita-cita wajib dikedepankan, semua arah perhatian publik bola Papua saat ini sedang tertuju penuh pada Persipura, mereka tak sabar lagi melihat aksi-aksi menawan dari duet Albeto-Jeremiah. Kedua pemain ini baru kompak pada awal putaran kedua, sebab itu, tak heran kalau saat ini sudah 17 gol dilesakan Albeto dalam ajang kompetisi Liga XIII bersama Persipura. Perpaduan yang khas antara Nigeria dan Brasil benar-benar menampilkan permainan super kelas, tak jarang, aksi individu kedua pemain ini membuat decak kagum sporter seperti tersentak cepat. Raja Isa pun langsung mengingatkan pasukannya untuk jangan berpikir yang macam-macam lalu lupa dengan tugas utama, saat ini ibarat Persipura sedang bersiap masuk dalam medan tempur, amunisipun jangan sampai terbatas, segala bentuk kekurangan dalam tim sudah dibenahi dan siap ditunjukan pada semi final Copa dan delapan besar Liga. (gol)

Headline : Rp 2,8 Triliun APBD Tahun Lalu, Lari Tak Jelas

Dinas Instansi Pemrov Papua Harus Siap Bertanggung Jawab (judul kecil 2 kolom)

JAYAPURA- Lebih dari setengah total uang dalam APBD tahun 2007 lari tak jelas peruntukkannya. Setengah total uang APBD 2007 ini sejumlah Rp 2,8 triliun. Sementara total uang dalam APBD 2007, Rp 5,5 triliun, hanya Rp 2,7 triliun terserap dalam program pembangunan yang direncanakan.
Sekretaris Komisi D DPR Papua, Heru Mono Gobay menyatakan, sikap dinas-dinas instansi pemerintah di Provinsi Papua yang sering menutupi pekerjaannya, membuat uang dalam APBD tak tahu dipergunakan untuk apa.
“Yang jadi masalah, mereka [SKPD atau dinas-dinas pemerintah] sering kali tak transparan ke kami. Sehingga membuat kami [DPR Papua] tidak tahu, uang itu untuk apa,” katanya kepada Bintang Papua, semalam.
Sikap menutupi ini, dikatakan Heru, juga terjadi saat dinas instansi pemerintah di Provinsi Papua menerima uang dari Jakarta, yang dianggarkan dalam APBN.
Uang itu, kata Heru, memang tak berpotensi hilang.
“Kalau potensi hilang [masuk kantong sendiri/dikorupsi] tidak lah. Tapi, uang itu dibelanjakan untuk apa, tidak sesuai dengan rencana pembangunan yang telah disepakati tahun 2007,” katanya.
Karena tidak sesuai dengan yang direncanakan, Heru menyatakan, dinas instansi pemerintah di Provinsi Papua akan dimintai pertanggungjawaban.
Masalah ini, kata Heru, berakar dari terlambatnya droping (penyaluran) uang yang dianggarkan.
“Selain itu, pelaksanaan tender yang sangat terlambat membuat masalah menjadi seperti ini,” katanya.
Heru mencatat, sedikitnya Rp 400 miliar proyek pembangunan yang ada di instansi mitra Komisi D DPR Papua tidak bisa diselesaikan sampai akhir tahun 2007 lalu.
“Rp 200 miliar diantaranya dari Dinas Pekerjaan Umum.”
Dari dinas ini, termasuk proyek pembangunan jalan dan jembatan yang ditangani Bina Marga.
“Rp 400 miliar itu akumulasi dari beberapa SKPD, seperti juga dari dinas perhubungan,” katanya.
SKPD adalah singkatan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah, atau lebih dikenal dengan dinas instansi pemerintah.
Heru mensinyalir, sikap SKPD yang hanya ingin menghabiskan anggaran menjelang tutup tahun membuat uang itu tidak dipakai untuk proyek pembangunan yang seharusnya ada dalam perencanaan.
“Jadinya dipakai untuk belanja hal yang lain. Padahal uang [sisa] itu bisa dikembalikan ke kas daerah.”
Setelah dikembalikan, “Baru pada tahun 2008 ini bisa dianggarkan kembali,” kata Heru. (ab)

Feature : Lagi, Puting Beliung Porak Porandakan Kota Makassar


Rumah Warga Asal Jayapura Habis ‘Dilahap’, Harapkan Uluran Tangan

Jika pohon tumbang karena diterjang angin kencang, itu adalah masalah biasa. Tapi, jika rumah yang harus tumbang, karena diporak-porandakan angin kencang itu adalah bencana.
LAPORAN : RIZAL BASIR, MAKASSAR

Bencana kembali melanda Kota Makassar. Sebanyak 170 bangunan yang terdiri dari rumah tinggal, rumah sakit hingga sekolah pun menjadi sasaran. Sabtu (04/01) siang lalu, angin dahsyat disertai hujan lebat dalam waktu yang hampir bersamaan menerjang rumah-rumah warga Kota Makassar.
Dari data yang berhasil dihimpun Bintang Papua dari sumber-sumber yang dipercaya tercatat 170 bangunan tersebut tersebar di 5 (lima) kecamatan, diantaranya kecamatan biringkanaya, kecamatan panakukkang, kecamatan mariso, kecamatan tallo, dan kecamatan tamalate.
Selain memporak porandakan ratusan rumah, angin putting beliung juga merusak empat bangunan di Rumah Sakit Bhayangkara Jalan Mappaodang, Kota Makassar terdiri dari ruang kebidanan, ruang perawatan anak, ruang dokter polisi, dan ruang kesamaptaan. Selain itu pula bangunan SD Inpres Mariso di jalan Nuri Kec. Mariso Kota Makassar juga rusak parah setelah dihempas angin yang datang secara tiba-tiba itu.
Untungnya, baik di rumah sakit maupun sekolah dasar yang ter’serang’ angin puting beliung tidak ada korban jiwa.
Itulah kilas bencana yang masih terus menerus melanda rumah warga kota Makasssar dan terus gencar diberitakan di setiap media di Makassar dan bahkan media di seluruh Indonesia.
Namun, dibalik bencana puting beliung yang datang begitu cepatnya dan menyerang hamper di setiap wilayah di Sulawesi Selatan dan menjadi sasaran pemburu berita ternyata tidak berlaku bagi warga yang tinggal di daerah ‘terpencil’. Tak bisa terhindarkan lagi, Rojer (40) warga asal Entrop depan hotel Delima Jayapura yang kesehariannya sebagai supir taksi hotel yang mangkal di Hotel Matoa itu hanya bisa meratapi rumahnya yang hancur akibat terjangan angin ‘neraka’. Tak ada satupun wartawan local baik itu media massa maupun elektronik yang meliput berbagi duka.
Selain tempat tinggalnya cukup terpencil, sekitar 2 jam setengah dari Kota Makassar akses jalanpun tidak bisa menembus lokasi kejadian oleh karena luapan air dari bentaran sungai bantimurung kabupaten Maros akibat hujan lebat. Dia (rojer) bingung kepada siapa dirinya ‘mengadu’.
Tak ada satupun wartawan local yang dikenalnya. Hanya wartawan Bintang Papua lah yang menjadi pelipur laranya.
Dari pantauan Bintang Papua, Minggu (06/01) kemarin. Rumah yang terletak di sepanjang pematang sawah dan empang (tambak ikan,red) Desa Palantikan, Kecamatan Pangkajene Data, Maros Baru Kabupaten Maros itu ternyata menjadi satu-satunya sasaran ‘angin taputar’.
Atap rumahnya tak ada satupun yang tersisa menutupi rumah kayu setengah tua itu. Dinding-dinding rumah dari seng pun ikut terangkat tak mampu menahan kerasnya angin tersebut.
Kini, rumah tersebut tak bisa lagi ditinggali. Mereka terpaksa harus tinggal di rumah tetangga untuk waktu yang tidak bisa mereka tentukan. Maklum saja, untuk mendirikan kembali rumah tersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
“Saya sangat prihatin dengan kondisi rumah mertua saya, namun saya hanya bias meratapi dan tidak dapat berbuat apa-apa karena membangun kembali berarti membutuhkan dana yang besar. Sementara kondisi saya saat ini juga lagi mengalami masa susah,”jelasnya.
Harapan dia sebenarnya, ketika diliput di sebuah media massa cuman satu! Mengharap uluran tangan bagi setiap mereka yang sedang berkelebihan. Adalah yang tersentuh oleh bencana yang mungkin sama-sama tidak kita inginkan ini!!??? (selesai)

Kamis, Januari 03, 2008

Headline : Bintang Kejora Dilarang, Bendera Daerah Disayembarakan


JAYAPURA- Setelah dilarang dijadikan bendera daerah, Pemerintah Provinsi Papua berencana akan mensayembarakan bendera daerah Provinsi Papua. Bentuk sayembara sedang digodok di Biro Hukum Provinsi Papua. Selain bendera daerah, yang akan disayembarakan termasuk logo daerah dan hymne daerah. Ketiga simbol (bendera, logo dan hymne) untuk identitas daerah ini telah difasilitasi pemerintah melalui PP nomor 77 tahun 2007 tentang Lambang Daerah.
“[Lambang daerah] itu yang perlu diatur dalam Perdasus,” kata Wakil Gubernur Papua, Alex Hassegem menjawab pertanyaan Bintang Papua soal larangan Bintang Kejora sebagai lambang daerah.
Wakil Gubernur menyatakan bahwa larangan itu tidak perlu lagi dipersoalkan.
“Kalau sudah ada PP, kenapa musti dipertanyakan lagi [soal larangan Bintang Kejora]. Harus dicari yang baru,” katanya.
Sayembara ini, kata Wakil Gubernur, telah diisyaratkan dalam Undang-Undang Otsus.
Wakil Gubernur sendiri menyatakan belum tahu kalau Bintang Kejora, simbol Burung Mambruk dan lagu Hai Tanahku Papua telah dilarang melalui peraturan pemerintah.
Sementara itu, Sekda Provinsi Papua Tedjo Suprapto menyatakan telah menerima dan membaca peraturan pemerintah tersebut. Karena itu ia akan segera menggelar rapat untuk membahas bentuk sayembara tersebut.
“Teknisnya itu yang tahu Biro Hukum,” katanya kepada Bintang Papua.
Bendera Bintang Kejora, simbol Burung Mambruk dan Lagu Hai Tanahku Papua termasuk lambang-lambang daerah yang dilarang digunakan. Larangan ini keluar mulai tanggal 10 Desember 2007, setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menandatangani Peraturan Pemerintah nomor 77 tahun 2007. Alasan larangan itu karena ketiga simbol tersebut merupakan simbol yang digunakan gerakan separatis Organisasi Papua Merdeka.
Selain ketiga simbol tersebut, simbol-simbol yang dilarang pemerintah adalah lambang Bendera Bulan Sabit dan lambang bendera Benang Raja. (ab/rk)

Feature : Ketika Persipura dan Persiwa Masuk Delapan Besar LDI XIII (1)


Persipura Ingin Tenang, Persiwa Enggan Jadi Bulan-bulanan

Mata pencinta bola di tanah air saat ini sedang terarah ke ujung timur nusantara, pasalnya, dua tim dari tanah Papua sukses menembus delapan besar Liga Djarum Indonesia (LDI) XIII tahun 2007, meraka adalah Persipura dan Persiwa, bagaimana kansnya ?

ROCKY- JAYAPURA

KETIKA Persipura mampu merenggut juara Liga Djarum Indonesia XI tahun 2005, skuad Persiwa Wamena justru menjadi runner up Divisi I Liga Indonesia saat itu. Baru pada tahun 2006 kedua tim berjibaku pada Liga Djarum Indonesia XII. Prestasi kedua tim pun berbeda, saat itu Persiwa nyaris masuk delapan besar, andai saja mereka tidak kalah di kandang dari Persipura, sementara Persipura mampu menembus final Copa Indonesia dan hanya berada di posisi runner up.
Nah, pada musim kompetisi LDI tahun 2007, kedua tim mampu merajai para kontestan wilayah timur, terbukti, sejak putaran pertama hingga berakhirnya putaran kedua, baik Persiwa maupun Persipura selalu berada di papan atas klasemen. Sejarahpun mencatat, kedua tim mengakhiri putaran kedua dengan posisi juara group dan runner up group timur.
Pada babak delapan besar yang baru akan dihelat pada 16 hingga 21 Januari mendatang di Solo dan Kediri, dua wakil Papua ini berada pada group yang berbeda pula. Persiwa tergabung di group satu bersama Sriwijaya FC, PSMS Medan dan Arema Malang, sementara Persipura yang berada di group dua akan menghadapi Persija Jakarta, Deltras Sidoarjo dan Persik Kediri. Melihat kondisi kedua tim dengan lawan yang bakal mereka hadapi, sepertinya tak ada lawan yang bisa dianggap biasa saja, sebab, semua tim yang sukses menembus empat besar pada masing-masing group sudah pasti memiliki motivasi yang berlipat untuk membuktikan sebagai yang terbaik.
Lantas, bagaimana Persiwa maupun Persipura melihat kekuatan pada groupnya masing-masing ? kubu hijau-hitam Persiwa Wamena justru datang bukan sebagai tim yang membusungkan dada, mereka tetap merendah dan melihat lawannya masih lebih bagus dari mereka. Sang arsitek Djoko Susilo malah hanya memberi sinyal tegas buat pasukannya untuk tidak menjadi bulan-bulanan saja pada delapan besar nanti. “Ya, kami kira lawan yang akan kami hadapi semuanya punya nama besar, kami tim kecil yang baru saja muncul. Intinya kami sudah komitmen untuk tidak jadi bulan-bulanan saja pada delapan besar nanti,” tukas Djoko saat dikonfirmasi Bintang Papua usai timnya menggasak Persibom pada laga pamungkas Minggu (30/12) lalu di stadion Pendidikan Wamena.
Sedangkan arsitek tim Persipura Raja Isa yang sukses bersama pasukan merah hitam disepanjang Liga XIII ini, malah menilai kalau timnya tetap dalam kondisi tenang-tenang saja, sebaliknya, dia malah melihat situasi kubu lawan yang justru begitu termotivasi untuk menumbangkan Persipura sebagai kekuatan wilayah timur sepanjang kompetisi musim ini bergulir.
“Kalau saya, tidak masalah, mau ketemu tim mana saja, apa itu Persija, Deltras maupun Persik, justru mereka sekarang yang termotivasi untuk bisa menumbangkan kami, ketiga pelatih itu sudah terbakar emosi mereka untuk bisa mengalahkan kami. Saya kira kami tetap tenang dan semua pemain sudah siap ke delapan besar nanti,” aku Raja Isa saat dikonfirmasi Bintang Papua semalam.
Penegasan Djoko Susilo dan Raja Isa ini bila disimak, tak satupun yang menunjukan kehebatan mereka, justru, kedua nahkoda ini lebih tenang melihat partai super panas ini dengan tetap konsentrasi tanpa mau melihat siapa lawan dan kondisi apapun yang bakal terjadi. (bersambung)