Senin, Januari 07, 2008

Feature : Lagi, Puting Beliung Porak Porandakan Kota Makassar


Rumah Warga Asal Jayapura Habis ‘Dilahap’, Harapkan Uluran Tangan

Jika pohon tumbang karena diterjang angin kencang, itu adalah masalah biasa. Tapi, jika rumah yang harus tumbang, karena diporak-porandakan angin kencang itu adalah bencana.
LAPORAN : RIZAL BASIR, MAKASSAR

Bencana kembali melanda Kota Makassar. Sebanyak 170 bangunan yang terdiri dari rumah tinggal, rumah sakit hingga sekolah pun menjadi sasaran. Sabtu (04/01) siang lalu, angin dahsyat disertai hujan lebat dalam waktu yang hampir bersamaan menerjang rumah-rumah warga Kota Makassar.
Dari data yang berhasil dihimpun Bintang Papua dari sumber-sumber yang dipercaya tercatat 170 bangunan tersebut tersebar di 5 (lima) kecamatan, diantaranya kecamatan biringkanaya, kecamatan panakukkang, kecamatan mariso, kecamatan tallo, dan kecamatan tamalate.
Selain memporak porandakan ratusan rumah, angin putting beliung juga merusak empat bangunan di Rumah Sakit Bhayangkara Jalan Mappaodang, Kota Makassar terdiri dari ruang kebidanan, ruang perawatan anak, ruang dokter polisi, dan ruang kesamaptaan. Selain itu pula bangunan SD Inpres Mariso di jalan Nuri Kec. Mariso Kota Makassar juga rusak parah setelah dihempas angin yang datang secara tiba-tiba itu.
Untungnya, baik di rumah sakit maupun sekolah dasar yang ter’serang’ angin puting beliung tidak ada korban jiwa.
Itulah kilas bencana yang masih terus menerus melanda rumah warga kota Makasssar dan terus gencar diberitakan di setiap media di Makassar dan bahkan media di seluruh Indonesia.
Namun, dibalik bencana puting beliung yang datang begitu cepatnya dan menyerang hamper di setiap wilayah di Sulawesi Selatan dan menjadi sasaran pemburu berita ternyata tidak berlaku bagi warga yang tinggal di daerah ‘terpencil’. Tak bisa terhindarkan lagi, Rojer (40) warga asal Entrop depan hotel Delima Jayapura yang kesehariannya sebagai supir taksi hotel yang mangkal di Hotel Matoa itu hanya bisa meratapi rumahnya yang hancur akibat terjangan angin ‘neraka’. Tak ada satupun wartawan local baik itu media massa maupun elektronik yang meliput berbagi duka.
Selain tempat tinggalnya cukup terpencil, sekitar 2 jam setengah dari Kota Makassar akses jalanpun tidak bisa menembus lokasi kejadian oleh karena luapan air dari bentaran sungai bantimurung kabupaten Maros akibat hujan lebat. Dia (rojer) bingung kepada siapa dirinya ‘mengadu’.
Tak ada satupun wartawan local yang dikenalnya. Hanya wartawan Bintang Papua lah yang menjadi pelipur laranya.
Dari pantauan Bintang Papua, Minggu (06/01) kemarin. Rumah yang terletak di sepanjang pematang sawah dan empang (tambak ikan,red) Desa Palantikan, Kecamatan Pangkajene Data, Maros Baru Kabupaten Maros itu ternyata menjadi satu-satunya sasaran ‘angin taputar’.
Atap rumahnya tak ada satupun yang tersisa menutupi rumah kayu setengah tua itu. Dinding-dinding rumah dari seng pun ikut terangkat tak mampu menahan kerasnya angin tersebut.
Kini, rumah tersebut tak bisa lagi ditinggali. Mereka terpaksa harus tinggal di rumah tetangga untuk waktu yang tidak bisa mereka tentukan. Maklum saja, untuk mendirikan kembali rumah tersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
“Saya sangat prihatin dengan kondisi rumah mertua saya, namun saya hanya bias meratapi dan tidak dapat berbuat apa-apa karena membangun kembali berarti membutuhkan dana yang besar. Sementara kondisi saya saat ini juga lagi mengalami masa susah,”jelasnya.
Harapan dia sebenarnya, ketika diliput di sebuah media massa cuman satu! Mengharap uluran tangan bagi setiap mereka yang sedang berkelebihan. Adalah yang tersentuh oleh bencana yang mungkin sama-sama tidak kita inginkan ini!!??? (selesai)

Tidak ada komentar: