Rabu, Januari 16, 2008

Feature : Suara Penuh Harap itu Berujung Maut (1)

Longsor yang melanda empat unit rumah dan merenggut sebelas nyawa manusia di kompleks Kesehatan RSUD Dok II, Kelurahan Bhayangkara, Distrik Jayapura Utara menyisakan trauma yang tak terlupakan. Susan Marantika (12), Siswa SMP Kalam Kudus sebelum maut menjemputnya sempat mengirimkan sebuah pesan kepada sahabatnya melalui telepon selulernya.

Oleh : Defrianti


Puluhan perumahan kesehatan RSUD Dok II Jayapura terlihat berjejeran dan saling berhadapan rapi. Letaknya tak jauh dari Rumah Sakit terbesar milik Pemerintah daerah Provinsi Papua. Dari kompleks tersebut, disuguhkan pemandangan panorama laut yang berada di Kota Jayapura, udara pun terasa sejuk.

Kompleks yang berada diketinggian itu, jarang dilalui kendaraan. Sebab letaknya jauh dari pusat keramaian lalu-lintas.

Tetapi sejak dini hari, perumahan itu, telah sesak dengan kerumunan orang dari berbagai profesi. Kendaraan pun padat, di setiap ruas jalan menuju kompleks perumahan kesehatan tersebut. Suara tangis dan sirene mobil ambulance terdengar meraung raung di antara kerumunan banyak orang.

Empat unit rumah yang berada di kompleks tersebut, menjadi perhatian setiap orang. Bagian belakang dari bangunan yang masih berdiri terlihat hancur berantakan. Disisi kanannya, tertumpuk perabotan rumah tangga seperti sofa, meja, piring, gelas dan kasur yang dipenuhi lumpur. Sedangkan bagian depannya dari tiga rumah disisi kiri tertutup tanah, yang terlihat hanya bagian atas dari bangunan itu.

Bunyi petir menggelegar disertai hujan dan angin kencang pada Senin malam (14/1), lalu tiba-tiba terdengar suara desiran seperti air mendidih datang menghantam perumahan di Kampung Tinggi dan menelan puluhan orang yang menghuni rumah itu.

Sebuah peristiwa yang mengundang perhatian banyak orang di hari Selasa. Tidak ada seorang pun yang menyangka peristiwa bencana alam akan datang pada pukul 24.00 WIT. Hampir seluruh warga yang mendiami kompleks kesehatan terlelap. Sunyi memang, suasana malam itu, kendati masih ada sebagian orang mengobrol dan menonton televisi, sambil berjaga-jaga melewati malam yang tak bersahabat.

Sebagian orang yangmendengar suara desiran seperti air mendidih berlari keluar dari rumah sambil berteriak minta tolong namun warga yang berada di perumahan tersebut masih tertidur nyenyak.

“ Waktu mendengar suara , saya langsung keluar rumah dan minta tolong tapi sunyi sebagian orang masih tidur, “ kata korban yang selamat Karel Rumrawer.

Setelah beberapa menit berteriak, pemuda yang berada di kompleks tersebut mulai membantu menolong korban lainnya.

“ Petugas baru tiba di Tempat Kejadian Perkara, beberapa jam kemudian, “ tambahnya.

Selain Karell, korban yang selamat dari longsor tersebut berjumlah lima orang antara lain,Femi Fotu (32), Yesika Serang (6), Nasan Abidandifu (15) dan Enoi Marantika (17). Kelima korban, saat ini sedang dirawat Di RSUD Dok II Jayapura.

Sedangkan Korban yang tewas akaibat longsor yaitu, Filo Awom (25), Susan Marantika (12) Karel Faidiban (70), Merry Faidiban (25), Gabriel Faidiban (2 tahun) dan Jefedika Seram (6 bulan).

Susan sempat mengejutkan beberapa orang yang hadir di tempat kejadian tersebut. Dari timbunan tanah, Susan masih menggemgam teleponnya dan mengeluarkan suara diantara reruntuhan berharap sang waktu menahan lajunya agar bergerak lamban di hari itu. Susan masih meninggalkan secercah harapan agar Ia bisa kembali ke Sekolahnya.

“ Kak longsor, tanah sekeliling mengeras, saya tertimbun tanah longsor, tolong ijin di sekolah” kata-kata tersebut merupakan ucapan terakhir dari korban sebelum maut menjemput akibat tertimbun tanah longgsor di perumahan Kesehatan RSUD Dok II Jayapura Susan Marantika (12) melalui telepon selulernya kepada sahabatnya Firlencia sebelum maut merenggut nyawanya. Susan adalah pelajar SMP Kalam Kudus yang tertimbun longsor tanah dari perbukitan dibelakang rumahnya. Beberapa jam setelah peristiwa bencana alam, ia sempat menghubungi sahabatnya Firlencia melalui telepon selulernya.

Namun sayangnya, ketika petugas menemukan Susan diantara timbunan tanah, ia tidak menghembuskan nafas lagi. Susan pergi untuk selama-lamanya, tetapi ia masih mengingat pendidikannya yang masih dipersimpangan. (bersambung)

Tidak ada komentar: