Kamis, Januari 03, 2008

Headline : Bintang Kejora Dilarang, Bendera Daerah Disayembarakan


JAYAPURA- Setelah dilarang dijadikan bendera daerah, Pemerintah Provinsi Papua berencana akan mensayembarakan bendera daerah Provinsi Papua. Bentuk sayembara sedang digodok di Biro Hukum Provinsi Papua. Selain bendera daerah, yang akan disayembarakan termasuk logo daerah dan hymne daerah. Ketiga simbol (bendera, logo dan hymne) untuk identitas daerah ini telah difasilitasi pemerintah melalui PP nomor 77 tahun 2007 tentang Lambang Daerah.
“[Lambang daerah] itu yang perlu diatur dalam Perdasus,” kata Wakil Gubernur Papua, Alex Hassegem menjawab pertanyaan Bintang Papua soal larangan Bintang Kejora sebagai lambang daerah.
Wakil Gubernur menyatakan bahwa larangan itu tidak perlu lagi dipersoalkan.
“Kalau sudah ada PP, kenapa musti dipertanyakan lagi [soal larangan Bintang Kejora]. Harus dicari yang baru,” katanya.
Sayembara ini, kata Wakil Gubernur, telah diisyaratkan dalam Undang-Undang Otsus.
Wakil Gubernur sendiri menyatakan belum tahu kalau Bintang Kejora, simbol Burung Mambruk dan lagu Hai Tanahku Papua telah dilarang melalui peraturan pemerintah.
Sementara itu, Sekda Provinsi Papua Tedjo Suprapto menyatakan telah menerima dan membaca peraturan pemerintah tersebut. Karena itu ia akan segera menggelar rapat untuk membahas bentuk sayembara tersebut.
“Teknisnya itu yang tahu Biro Hukum,” katanya kepada Bintang Papua.
Bendera Bintang Kejora, simbol Burung Mambruk dan Lagu Hai Tanahku Papua termasuk lambang-lambang daerah yang dilarang digunakan. Larangan ini keluar mulai tanggal 10 Desember 2007, setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menandatangani Peraturan Pemerintah nomor 77 tahun 2007. Alasan larangan itu karena ketiga simbol tersebut merupakan simbol yang digunakan gerakan separatis Organisasi Papua Merdeka.
Selain ketiga simbol tersebut, simbol-simbol yang dilarang pemerintah adalah lambang Bendera Bulan Sabit dan lambang bendera Benang Raja. (ab/rk)

Feature : Ketika Persipura dan Persiwa Masuk Delapan Besar LDI XIII (1)


Persipura Ingin Tenang, Persiwa Enggan Jadi Bulan-bulanan

Mata pencinta bola di tanah air saat ini sedang terarah ke ujung timur nusantara, pasalnya, dua tim dari tanah Papua sukses menembus delapan besar Liga Djarum Indonesia (LDI) XIII tahun 2007, meraka adalah Persipura dan Persiwa, bagaimana kansnya ?

ROCKY- JAYAPURA

KETIKA Persipura mampu merenggut juara Liga Djarum Indonesia XI tahun 2005, skuad Persiwa Wamena justru menjadi runner up Divisi I Liga Indonesia saat itu. Baru pada tahun 2006 kedua tim berjibaku pada Liga Djarum Indonesia XII. Prestasi kedua tim pun berbeda, saat itu Persiwa nyaris masuk delapan besar, andai saja mereka tidak kalah di kandang dari Persipura, sementara Persipura mampu menembus final Copa Indonesia dan hanya berada di posisi runner up.
Nah, pada musim kompetisi LDI tahun 2007, kedua tim mampu merajai para kontestan wilayah timur, terbukti, sejak putaran pertama hingga berakhirnya putaran kedua, baik Persiwa maupun Persipura selalu berada di papan atas klasemen. Sejarahpun mencatat, kedua tim mengakhiri putaran kedua dengan posisi juara group dan runner up group timur.
Pada babak delapan besar yang baru akan dihelat pada 16 hingga 21 Januari mendatang di Solo dan Kediri, dua wakil Papua ini berada pada group yang berbeda pula. Persiwa tergabung di group satu bersama Sriwijaya FC, PSMS Medan dan Arema Malang, sementara Persipura yang berada di group dua akan menghadapi Persija Jakarta, Deltras Sidoarjo dan Persik Kediri. Melihat kondisi kedua tim dengan lawan yang bakal mereka hadapi, sepertinya tak ada lawan yang bisa dianggap biasa saja, sebab, semua tim yang sukses menembus empat besar pada masing-masing group sudah pasti memiliki motivasi yang berlipat untuk membuktikan sebagai yang terbaik.
Lantas, bagaimana Persiwa maupun Persipura melihat kekuatan pada groupnya masing-masing ? kubu hijau-hitam Persiwa Wamena justru datang bukan sebagai tim yang membusungkan dada, mereka tetap merendah dan melihat lawannya masih lebih bagus dari mereka. Sang arsitek Djoko Susilo malah hanya memberi sinyal tegas buat pasukannya untuk tidak menjadi bulan-bulanan saja pada delapan besar nanti. “Ya, kami kira lawan yang akan kami hadapi semuanya punya nama besar, kami tim kecil yang baru saja muncul. Intinya kami sudah komitmen untuk tidak jadi bulan-bulanan saja pada delapan besar nanti,” tukas Djoko saat dikonfirmasi Bintang Papua usai timnya menggasak Persibom pada laga pamungkas Minggu (30/12) lalu di stadion Pendidikan Wamena.
Sedangkan arsitek tim Persipura Raja Isa yang sukses bersama pasukan merah hitam disepanjang Liga XIII ini, malah menilai kalau timnya tetap dalam kondisi tenang-tenang saja, sebaliknya, dia malah melihat situasi kubu lawan yang justru begitu termotivasi untuk menumbangkan Persipura sebagai kekuatan wilayah timur sepanjang kompetisi musim ini bergulir.
“Kalau saya, tidak masalah, mau ketemu tim mana saja, apa itu Persija, Deltras maupun Persik, justru mereka sekarang yang termotivasi untuk bisa menumbangkan kami, ketiga pelatih itu sudah terbakar emosi mereka untuk bisa mengalahkan kami. Saya kira kami tetap tenang dan semua pemain sudah siap ke delapan besar nanti,” aku Raja Isa saat dikonfirmasi Bintang Papua semalam.
Penegasan Djoko Susilo dan Raja Isa ini bila disimak, tak satupun yang menunjukan kehebatan mereka, justru, kedua nahkoda ini lebih tenang melihat partai super panas ini dengan tetap konsentrasi tanpa mau melihat siapa lawan dan kondisi apapun yang bakal terjadi. (bersambung)

News : Kontribusi PT Freeport Bagi Masyarakat Masih Lemah

JAYAPURA--Kontibusi PT Freeport bagi kesejahteraan masyarakat Papua dinilai masih lemah. Sebab sejauh ini, perusahaan tambang emas raksasa tersebut hanya mementingkan royalti saja tanpa memperhatikan kesejahteraan masyarakat Papua, baik di wilayah sekitar tambang maupun masyarakat Papua pada umumnya.
Sorotan tersebut diungkapkan Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golongan Karya Provinsi (Golkar) Papua, Yan L. Ayomi S. Sos di sela-sela acara silahturahmi DPD Partai Golkar Provinsi Papua dengan Wakil Ketua Umum (Waketum) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Golkar yang juga Ketua DPR RI, Dr H.R. Agung Laksono di SwisS-Bell Hotel, Selasa (1/1).
“Freeport lebih mementingka royalti, tapi dilihat dari tingkat keuntungan hasil yang diperoleh, kontribusi yang diterima pemerintah dan masyarakat itu sangat terbatas, salah satu sebabnya ialah diolah di luar negeri,” kata Ayomi.
Karena itu, menurut Ayomi, pemerintah Pusat harus mengambil sikap tegas kepada pihak perusahaan, misalnya dengan memberlakukan kebijakan larangan mengirim hasil galian mentah tambang untuk dikirim dan diolah ke luar negeri. Seharusnya bahan mentah itu diolah di Indonesia, terutama di wilayah Papua.
“Kalau memang sudah dalam bentuk jadi, maka mekanisme pengontrolan yang dilakukan pemerintah akan berjalan dengan mudah, dampaknya akan berimbas untuk meningkatkan pendapatan asli Provinsi Papua dan dengan sendirinya dapat mendongkrak kesejahteraan masyarakat lokal, baik yang berada di sekitar lokasi tambang maupun masyarakat Papua pada umumnya,” tegasnya.
Sebab menurut Ayomi, jika pemerintah Pusat dan Pemda Mimika mengambil kebijakan mengolah bahan mentah tersebut dalam negeri seperti di PT Semalti Gresik, hasil produk dan keuntungannya bisa dikontrol dengan mudah.
Menanggapi Ayomi, Ketua DPR RI Agung Laksono pun mengungkapkan keprihatinan yang sama. Menurut Agung, sudah saatnya hasil tambang PT Freeport dikelola Provinsi Papua agar kontribusinya dirasakan langsung pemerintah dan masyarakat Papua.
“Jika selama ini dikelola di luar negeri, sekarang harus dikelola di Provinsi Papua, karena itu perlu ditanam investasi di papua,” katanya. (Cr. 02).