Sabtu, Desember 22, 2007

Berita : Preview PERSIS VS PERSIPURA

Duel Tim Terluka
Sore nanti Persis bentrok Persipura di Solo

JAYAPURA – Duel tandang pamungkas di putaran kompetisi Liga Djarum Indonesia XIII tahun 2007, siap dijalani Persipura Sabtu (22/12) petang ini. Dan lawan yang akan mereka hadapi adalah tuan rumah Persis Solo. Kedua tim sama-sama mengusung misi mendulang point, terlebih tuan rumah yang tak mau hasil kurang maksimal saat menghadapi Persiwa Selasa (18/12) lalu terulang lagi.
Nah, tuan rumah Persis Solo jelas-jelas masih terluka ketika mereka ditahan Persiwa 1-1, hal serupa juga dialami Persipura, yakni, takluk 0-2 atas tuan rumah Persijap, sehingga, pertandingan sore nanti di stadion Manahan Solo menjadi sebuah duel tim terluka. Luka Persis gagal mendulang point penuh, Persipura terluka lantaran takluk dan apresiasi supporter tuan rumah yang tak bersahabat selama laga berlangsung (masalah rasisme), makanya, duel ini akan dijadikan sebagai duel penyejuk kekecewaan kemarin. Assisten Pelatih Persipura Raja Isa bin Raja Akram Shah ketika dikonfirmasi kemarin tak mau sesumbar lebih, dia mengaku sudah punya resep khusus yang bakal disajikan dalam duel tersebut. Apa itu ? “Tim sudah siap main besok (hari ini-red), apapun kondisinya kami tak mau ambil pusing, sekarang bagaimana kegagalan kemarin bisa terbalas, sebab, kunci untuk membalas itu ada pada pemain yang diturunkan nanti,” aku Raja Isa kepada Bintang Papua semalam.
Lantas, apa yang menjadi titik lemah tim pada pertandingan di Jepara kemarin ? secara khusus pelatih asli Malaysia itu mengaku tak ada yang mendasari kegagalan pasukannya di Jepara, hanya, dia berharap psikis pemain soal rasisme di tanah kelahiran ibu R.A. Kartini itu jangan sampai ikut mengalir bersama derasnya sungai bengawan Solo sore nanti. Hanya, akan ada terjadi perubahan dalam pemasangan pemain petang nanti. Pilar Timnas yang telah kembali siap diturunkan Raja Isa, seperti Ricardo Salampessy maupun Ian Luiz Kabes serta Bachtiar dan Imanuel Wanggai.
“Akan ada pertukaran pemain, Ricardo akan saya mainkan, sementara Victor akan ditarik tengah membantu gelandang bersama Edu. Sisanya tak akan ada perubahan, khusus Ian Kabes tetap saya masukan dalam daftar pemain cadangan,” sambung Raja Isa percaya diri.
Komitmen seorang Raja Isa dalam meramu kekuatan pasukan merah hitam harus diberikan nilai plus, sebab, saat sejumlah pilar dilanda cedera, ditambah absennya pelatih kepala Irfan Bhakti (naik haji), Raja sanggup memaksimalkan setiap pemain yang ada demi keutuhan sebuah tim. Bahkan, jika dibandingkan dengan musim-musim sebelumnya, baru musim ini stock lapis kedua Persipura sama dengan yang masuk sebagai pilar tim. Tentu saja semua pencinta tim sangat mengharapkan kekuatan seperti ini bisa terus dilanjutkan hingga kompetisi tuntas.
Pelatih Persis Solo Edward Tjong mengaku kalau Persiwa dan Persipura sama-sama tim bagus, wajib untuk diwaspadai, namun, dia memberi sinyal kuat kalau pasukannya sudah siap menjadikan Persipura korban kedua setelah Persijap membungkam tim dari ufuk timur nusantara ini. Bila Persipura takluk, maka peluang kedelapan besar tetap belum pupus, hanya, penentuan peringkat akan menjadi alternatif terakhir dalam melihat kekuatan lawan di babak delapan besar nanti.
Edward Tjong juga mengaku kalau Persipura adalah tim yang susah ditebak, artinya, jika dua bomber mereka Albeto dan Jeremiah Ernest dimatikan, malah pemain lain yang muncul sebagai tombak pelapis, ini yang akan diansipasi serius oleh Tjong, dia melihat sosok pemain Persipura di semua lini cukup istimewa, apalagi winck kiri maupun kanan. Lantas, siapa tim yang layak memenangkan pertandingan sore ini ? jawabnya, tim yang paling siap, dialah yang bakal memenangkan duel tersebut. (gol)

Features : Menanti Natal di Atas Puing-puing Rumah

Meski kehidupan ekonomi keluarganya, tak seperti tahun sebelumnya. Namun Juliana Tarasen, perempuan asal Serui yang mempunyai dua orang anak dan satu orang cucu itu, tetap merayakan Natal dengan mengucap syukur dan merenungkan makna keselamatan yang sesungguhnya.

Oleh : Defrianti

Sejak 1976 lalu, perempuan asal Ansus, Serui telah menginjakkan kakinya ke kota Jayapura dan bermukim di salah satu kawasan pesisir pantai Hamadi hingga memiliki dua oranak anak serta seorang cucu.
Sebuah rumah, dengan dinding terbuat dari kayu dan atap dari seng aluminium yang terletak dekat pasar membuat perempuan bernama Juliana Tarasen (46) yakin kehidupan ekonomi keluarganya akan membaik.
Namun harapan itu, sirna ketika sang jago merah 2006 melahap pasar sentral Hamadi yang menjadi sumber mata pencahariannya untuk mengais rejeki.
“ Sewaktu pasar belum terbakar, saya biasa jualan sagu dan ikan asap ( asar) tetapi setelah peristiwa itu saya mencuci baju pedagang yang berada disekitar rumah, “ katanya.
Setelah peristiwa tersebut, perempuan asli Papua itu, memilih membantu suaminya yang bekerja sebagai nelayan, untuk mencari nafkah dengan menawarkan jasa mencuci pakaian karena tidak mempunyai modal untuk berjualan.
Juliana mengatakan, banyak petugas yang mendatangi rumah mereka untuk mendata keluarga miskin tetapi hingga saat ini belum ada bantuan yang diberikan untuk mengembangkan modal usahanya.
“ Sertifikat pelatihan dari berbagai instansi seperti dinas perikanan,perdangangan dan koperasi sudah menumpuk namun bantuan belum ada yang kami terima untuk mengembangkan hasil pelatihan, “ tambahnya.
Selain itu, dana pemberdayaan kampung senilai Rp100 juta yang diberikan pemerintah kepada kelurahan belum disalurkan kepada kelompok menengah maupun kecil untuk memberdayakan ekonomi kelompok tersebut.
Bahkan keanggotaannya dalam kelompok usaha bersama (kube) juga belum mendapat bantuan malahan orang lain yang berada dalam luar kelompok itu, yang menerima dana kube.
Juliana dengan tulus mengikhlaskan dana yang belum tersalurkan kepada rakyat miskin yang seharusnya menerima bantuan itu.
“ Biar saja mereka pakai uang itu, nanti Tuhan yang buka jalan untuk kami, “ ungkapnya.
Meskipun demikian, Ia mengakui dengan kondisi ekonominya yang pas-pasan tetap merayakan natal, sebab makna natal bukan perayaan dengan pesta-pora tetapi mengucap syukur kepada Tuhan dan merenungkan makna keselamatan dibalik pengorbanan Yesus.
“ Kemarin kami sekeluarga sepakat memberikan sumbangan sebesar Rp50 ribu untuk membeli gula dan membuat minuman kepada tamu maupun keluarga yang berkunjung sedangkan untuk makanan Ia bersyukur mendapat bantuan daging kurban dari mesjid yang tak jauh dari rumahnya, “ ujarnya.
Padahal, sebelum peristiwa kebakaran terjadi, perayaan natal dilalui tidak seperti saat ini, dirinya hanya bisa berserah diri dan menerima semua itu sebab rencana Tuhan indah pada waktunya.(**)

HL: Bulan Sabit, Bintang Kejora dan Benang Raja Dilarang !!

Bulan Sabit, Bintang Kejora dan Benang Raja Dilarang !!

JAYAPURA- Pemerintah melarang penggunaan lambang Bulsn Sabit ,Bintang Kejora dan Benang Raja dibuat menjadi lambang daerah. Pelarangan ini muncul setelah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) nomor 77 tahun 2007, tertanggal 10 Desember. Peraturan ini mengatur tentang lambang daerah.
Pelarangan penggunaan lambang bintang kejora ini tertuang dalam Bab IV peraturan pemerintah tersebut yang ditangatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam bab empat itu diatur tentang desain lambang daerah.
Di pasal 6 ayat 4 dikatakan: “desain logo daerah tidak boleh mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan desain logo dan bendera organisasi terlarang atau organisasi gerakan separatis dalam NKRI.”
Dalam penjelasan pasal dan ayat, secara tegas pemerintah melarang penggunaan logo bintang kejora dan juga burung mambruk. Selain bintang kejora, yang juga dilarang, lambang dan logo bendera bulan sabit di provinsi Aceh serta lambang bendera raja di provinsi Maluku.
Ketiga simbol tersebut dijadikan lambang oleh gerakan perjuangan untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yaitu Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Aceh, Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Papua dan Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku.
“Keterlaluan,” kata Ketua Dewan Adat Papua, Forkorus Yaboisembut menanggapi adanya pelarangan bintang kejora sebagai lambang daerah.
Forkorus menilai pelarangan itu bisa memunculkan kembali isu merdeka di kalangan masyarakat Papua. Forkorus juga mengatakan bahwa bintang kejora merupakan warisan kultural masyarakat Papua.
“Ada nilai-nilai historisnya [tentang bintang kejora],” katanya.
Forkorus mengaku belum mengetahui dikeluarkannya peraturan itu.
Sementara itu, Wakil Ketua DPR Papua, Komaruddin Watubun mengaku sudah mengetahui adanya peraturan tersebut.
“Kalau peraturan itu sudah keluar, ya mau apa lagi. Itu sudah aturan negara, jadi tidak bisa lagi [memasukkan bintang kejora dalam perdasus],” katanya.
Senada dengan Kamaruddin, anggota DPR Papua Paskalis Kossy juga menyatakan tidak akan memasukkan unsur bintang kejora dalam perdasus lambang daerah.
“Saya sudah tahu adanya peraturan [PP] tersebut. Kalau sudah dilarang, ya tidak perlu lagi dipersoalkan,” kata Paskalis.
Katanya, secara historis bintang kejora memiliki muatan politis. Ia menyatakan tidak setuju nilai historis yang memiliki unsur politik dimasukkan dalam lambang daerah.
“Jadinya kita perlu mencarikan unsur lain untuk dijadikan lambang daerah,” katanya.
Dalam Undang-Undang Otsus, katanya lagi, memang diatur adanya lambang daerah untuk provinsi Papua. Tapi dalam UU tidak disebutkan bintang kejora. “Dan pembuatan lambang daerah memang menggunakan perdasus. Dengan adanya larangan lambang bintang kejora, berarti Perdasus tidak lagi mengakomodir lambang tersebut,” pungkasnya.Selain logo dan lambang bendera, dalam PP nomor 77 tersebut juga melarang penggunaan syair himne daerah yang memiliki persamaan dengan syair himne organisasi separatis. (ab/cr 1)

Jumat, Desember 21, 2007

News : Diteriaki “Monyet”, Persipura Kalah

Raja : Kami akui kekalahan, Tapi Rasismenya ?

JAYAPURA – Seperti sudah diprediksi sebelumnya kalau tim kebanggan warga kota Jayapura Persipura bakal mengalami kegagalan saat bertandang ke markas Persijap Jepara Rabu (19/12) kemarin, benar terbukti. Menghadapi pasukan Yudi Suryata itu, skuad merah hitam harus takluk dengan skor telak 0-2. Kendati kalah, tim asuhan trio pelatih Raja-Mettu-Jarot itu belum bergeser peringkat di peringkat dua. Duel kedua tim ini sejak awal sudah diwanti-wanti benar oleh Raja Isa. Bahkan, dia sudah merasakan sengatan bara Jepara itu sejak masih di Jayapura. Atas kegagalan ini, hanya tinggal sekali lagi perjuangan yang harus dihadapi tim asal kota Port Numbay itu, ya, Persis Solo menjadi bidikan selanjutnya. Meskipun takluk 0-2 dari tuan rumah, pasukan mutiara hitam julukan Persipura tetap tegar, mereka tak mau terlalu lama dalam kekecewaan itu. Hanya, yang disesalkan dari pertandingan tersebut, adalah supporter tuan rumah yang masih menunjukan sikap kurang sportif, ya, selama laga berlangsung, tak jarang Jack Komboy cs diteriaki “monyet”, mendengar itu, Raja Isa berpendapat kalau sikap supporter yang menjurus ke Rasisme ini wajib dikenai sangsi PSSI.
Apalagi, dunia sepak bola moderen saat ini sudah mengutuk keras sikap penonton seperti itu. Lontaran keras para pendukung Persijap ini seakan mereka melihat Persipura sebagai tim asing yang tak perlu dikenali dalam negeri ini. Pada pertandingan kemarin, Persipura sesungguhnya tampil bagus, gol pembuka tuan rumah pada menit kedua babak pertama lebih pada bantuan alam (angin). Arah bola yang melambung tak diduga sang kipper Jandri Pitoy bakal berbuah gol. Praktis setelah itu tuan rumah jarang memberikan tekanan berarti bagi Persipura, bahkan, sejumlah peluang dan kesempatan Albeto cs harus tertahan lantaran sikap perangkat pertandingan (wasit dan assisten wasit) yang kurang fair.
Sementara gol kedua tuan rumah lahir lewat titik penalty dengan pelanggaran yang tidak jelas, gol tersebut terjadi setelah beberapa kali Persipura nyaris menyamakan kedudukan, melihat siatuasi seperti ini, wasit pun menghadiahkan tendangan penalty kepada tuan rumah pada saat waktu tersisa sepuluh menit.
“Kami kalah 0-2, soal hasil kami tak soal, anak-anak main bagus, terbukti banyak peluang yang didapat, tapi, ya, soal wasit saya tidak mau komentar,” tutur Raja Isa saat dikonfirmasi Bintang Papua semalam. Kendati demikian, diakui Raja kalau sepanjang partai berlangsung tim besutannya selalu dalam situasi tegang, yakni, soal rasisme yang berlebihan dikeluarkan para pendukung tim tuan rumah.
“Ini keterlaluan, racist (rasisme) atau panggilan monyet, terus menerus dilontarkan penonton. Saya kira ini perlu ditulis dan masyarakat tau, lalu, kalau begini, dimana sepak bola yang saling menghargai sesama pemain atau tim walaupun dalam kondisi baik maupun tidak, bahkan, RRI yang meliput langsung tau persis kondisi dilapangan,” sambung Raja serius.
Dengan kekalahan ini, maka Persipura yang sempat mengusung misi mencuri point di Jawa Tengah hanya tersisa satu lagi di Solo pada Sabtu (22/12) besok. “Saya kira sudah tak ada pilihan lain, apapun kondisinya kami ingin mencuri point di Solo,” lontar pelatih yang kagum dengan tim Brasil itu tegas. (gol)

News : Asyik Ngobrol 5 Rumah Ludes Terbakar

5 Rumah Ludes di Lahap si “Jago Merah”
Di Perumahan Dinas Perikanan Provinsi Papua

JAYAPUYA-Si jago merah beraksi melahap ,Perumahan Dinas Perikanan Provinsi Papua RT 04/RW.II jalan Bambu Kelurahan Trikora Jayapura Utara tepatnya dibelakang Badan Perlindungan Masyarakat Provinsi Papua Seksi Pemadam Kebakaran Milik Pemerintah Provinsi Papua, 19/12 Rabu,pukul 11.00 WIT, Yapis D0X,VI Jayapura.
Ke lima kepala keluarga warga korban kebakaran tersebut,adalah Pegawai Dinas Perikanan Privinsi Papua Diantaranya sebagai berikut,Ibu koibur Pak Mulyadi., Pak Wonatorey, A wantano, pak markus,
korban kebakaran ini, notabene bertempat tinggal di Dox.vii belakang kantor perikanan yang sedang direnovasi ,berhubung renovasi kantor Dinas perikanan provinsi papua yang menempati Aset Dinas,yang ludes tersebut, selama 6 bulan karena Dinas memindahkan mereka untuk menempati rumah tempat kejadian tersebut.
Menurut keterangan saksi mata, Sem Managi (49) api berawal dari ujung los perumahan tersebut,tepatnya di kamar rumah yang ditempati oleh Ibu koibur,dengan tiupan angin dari pantai,sehingga api melahap lima rumah sersebut begitu cepat katanya.
Kronologisnya bahwa, api diduga berasal dari arah belakangh tepatnya kamar dapur api kompor,ibu koibur setelah memasak nasi kemudian ibu Masak air,lalu asyik ngobrol di rumah tetangga karena kamar jadi mereka tidak tahu baru merka kaget baru keluar saya paling ujung diatas ini,begitu tetangga yangh berteriak saya orang pertama si4ram air itu memang pemilik rumah ada didalam rumah namun ,tak sadarkan diri bahwa dibawah kompor tersebut sedang nyimpan 4 jeriken minyak tanah Tandas Sem,notabene sebagai Pegawai Dinas perikanan sekaligus Tetangga korban Mengeluhkan dengan Pemadam kebakarannya,Katanya “memang Pemadam ini tetangga kami, tidak tahu entah bagaimana ,setelah satu jam kemudian baru pemadam kebakaran ada ditempat,itu pun Pemadam kebakaran dari Pemerintah kota yang ada di Apo, setelah lima rumah ini habis dilalap si jago baru pemadam mobil pemadam ada ditempat,Katanya, Lanjut Sem, Saat Peristiwa kebakaran, saya hanya siram dengan air saja,tapi tak dikendalikan dari api yang begitu cepat melahap yang diperbantukan dengan angin tersebut,sehingga kami hanya berharap pemadam kebakaran saja.tukas Sem,kepada Wartawan bintang Papua, Selain itu wakil kepala dinas perikanan Provinsi Papua Marthinus Ayomi, yang menyaksikan kejadian itu ,kepada Wartawan bintang papua mengatakan bahwa,”
“Kami sangat prihatin dengan kejadian ini,dan kami harus bersyukur bahwa,nyawa kita Tuhan Masih Mau menyayangi kita, sehingga yang diludes adalah harta milik kita,karena aset dan barang itu kita bisa cari, sedangkan, nyawa ini Tuhan Punya. katanya, “Apalagi Natal dan Lebaran lagi baru, ada musibah seperti ini,sehingga kami atas keluarga Dinas perikanan Provinsi Papua prihatin dengan kejadian ini.
Lanjut Ayomi “Tindakan pertama, kami akan mencarikan rumah kelimah kepala keluarga korban kebakaran ,dengan menempati perumahan Dinas di pantai hamadi yang hingga saat tidak menempati oleh pegawai lain, bagaimana pun juga itu tanggung jawab dari Dinas, sesudah itu, kita berusaha menganggarkan dana untuk bangun kembali lokasi dengan komplek Perumahan yang lebih bagus, katanya,(cr.02).

News : Informasi, Vaksin Ampuh Atasi HIV/AIDS

Vaksin Ampuh Atasi HIV/AIDS

JAYAPURA– Informasi yang diberikan secara terus menerus ke masyarakat merupakan vaksi yang ampuh untuk mencegah penyebaran virus HIV/AIDS. Hal tersebut ditegaskan Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Daerah(KPAD) Papua, drh. Constant Karma kepada Bintang Papua Rabu (19/12), di ruang kerjanya di Sekretariat KPAD Provinsi Papua Jl. Kesehatan No.2 Dok II Jayapura.
“Informasi yang terus menerus merupakan vaksin yang ampuh untuk mencegah virus HIV/AIDS” tegas Karma. Ketua KPAD Papua menjelaskan bahwa sampai saat belum ditemukan vaksin yang bisa membunuh dan mengeliminir virus HIV secara total. Solusinya ialah pemberian informasi mengenai HIV yang tepat, benar, dan secara terus menerus kepada masyarakat. Harapannya adalah setelah masyarakat memiliki pemahaman yang baik dan benar tentang HIV/AIDS maka ada perubahan perilaku didalam masyarakat itu sendiri sehingga dari hari ke hari jumlah penderita HIV/AIDS dapat diminimalisir. Saat ini informasi mengenai HIV dan AIDS sudah dibuat kedalam bahasa-bahasa suku di Papua dan yang baru ada saat ini hanya dalam beberapa bahasa suku dan diharapkan ke depan informasi mengenai HIV dan AIDS sudah dapat dibuat dalam semua bahasa suku yang ada di Tanah Papua.
Ketua KPA Provinsi Papua mengatakan bahwa ada dua tugas besar yang harus dilakukan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS. Tugas pertama adalah komunikasi, informasi dan edukasi (KIE). Tugas ini diemban oleh KPA dan lembaga mitra serta media, baik cetak maupun elektronik. Lalu tugas kedua adalah tugas pelayanan kesehatan yang diemban oleh rumah sakit serta Dinas Kesehatan yaitu pencegahan, perawatan dan dukungan, serta pengobatan.
Karma selanjutnya menjelaskan tentang perkembangan pencegahan dan penanggulangan HIV yang telah dicapai oleh KPA Provinsi Papua sampai saat ini. Dimana sekitar 80 % sudah terbentuk KPA di tingkat kabupaten dan kota seprovinsi Papua kecuali Kabupaten Waropen, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Supiori, dan Kabupaten Mamberamo Raya. Menurut Karma belum terbentuknya KPA di keempat kabupaten ini karena masalah intern kabupaten dimaksud serta kasus HIV dikeempat kabupaten ini masih rendah. “Tetapi bukan karena kasusnya masih rendah lantas tidak segera dibentuk KPA” lanjutnya. Kemudian untuk Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura sudah ada KPA tingkat distrik dan KPA Provinsi Papua sendiri sudah mempunyai Rencana Strategis (RENSTRA) tahun 2007 – 2011 untuk Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS di Tanah Papua. Selain itu draft akhir Peraturan Daerah (Perdasi) Papua telah dibahas bersama oleh pihak DPR, Pemerintah Daerah, KPA, dan Foker LSM Papua dengan substansi utama pencegahan dan penanggulangan HIV serta perubahan Komisi Penanggulangan AIDS menjadi Badan Penanggulangan AIDS. Dengan perubahan ini maka penanganan masalah HIV dan AIDS di Tanah Papua akan menjadi perhatian utama para elit politik baik legislatif maupun eksekutif “Orang akan berebutan untuk mengurus masalah HIV dan AIDS karena institusi yang menangani HIV dan AIDS sudah berubah menjadi badan bukan komisi lagi” tegas pria enerjik ini.
Selain itu ada beberapa daerah yang sudah mempunyai Peraturan Daerah (Perda) tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS yakni Kabupaten Merauke, Kabupaten Nabire, Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura. KPA Provinsi Papua juga sudah mengadakan surveilance terpadu HIV dan Perilaku tahun 2006 yang memberikan gambaran yang jelas tentang prevalensi HIV dan perilaku seks masyarakat di Tanah Papua. Dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS KPA Provinsi Papua didukung oleh 8 lembaga donor dan 36 LSM yang memberikan dukungan yang sangat nyata dan sangat sinergis untuk pencegahan dan penaggulangan HIV dan AIDS di Tanah Papua.Pokja Media KPA juga telah membangun jaringan komunikasi yang luas melalui radio (FM), TV lokal dan media cetak sampai ke kampung-kampung. KPA juga telah mengadakan pelatihan Integrated Management of Adult and Adolescent Illness (IMAI) dimana telah mencapai 45 Puskesmas untuk VCT, Konselor dan Manajer Kasus sehingga sudah ada klinik VCT dan Konselor di seluruh rumah sakit di Tanah Papua.
Pemerintah Provinsi Papua dan Papua Barat melalui Gubernurnya memberikan respon yang positif sebagai pemimpin untuk upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di Tanah Papua. KPA Provinsi Papua juga telah mengadakan kerjasama dengan Pemerintah Papua New Guinea dalam Border Liaison Meeting (BLM) dan Joint Border Commission(JBC) untuk pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS antar kedua daerah tetangga yang mendiami satu pulau.
Karma lalu berkomentar mengenai temuan Pdt. Ruth Manurung bahwa salah satu suku terasing Suku Koroway yang mendiami wilayah perbatasan Kabupaten Keerom dan Kabupaten Pegunungan Bintang yang menurut dugaannya telah terinfeksi virus HIV. “Untuk bisa memastikan apakah seseorang terinfeksi virus HIV atau tidak hanya melalui tes darah, bukan dengan menduga-duga seperti itu” tegasnya. Tetapi Karma membenarkan adanya kemungkinan itu, mengingat fakta di lapangan ada penduduk lokal yang disuruh mencarikan kayu gaharu lalu ditukarkan dengan kepuasan seks.
Dr. Barry Wopari, dari Bagian Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Dinas Kesehatan Provinsi Papua ketika dikonfirmasi mengenai temuan ini mengatakan bahwa pihaknya belum menerima laporan resmi tentang hal ini dari Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom.
Selanjutnya menurut Karma kendala paling utama yang mereka hadapi selama ini adalah masalah sumber daya manusia (SDM). “Kalau SDM-nya baik maka seseorang akan lebih cepat tahu apa yang harus dilakukan” jelas Karma.KPA sampai saat ini belum memiliki tenaga yang ahli di bidang ini. Untuk menyikapi ini maka KPA melakukan Training of Trainers (TOT) sesuai bidang kerja. Kendala berikut adalah masalah dana. Menurut Karma, dana yang mereka butuhkan sering datang terlambat. Sesuai informasi bahwa pendanaan untuk KPA telah diatur dalam Peraturan Presiden No. 75 tahun 2006, dimana dalam Bab V Pasal 15 Ayat 2 disebutkan bahwa : Semua biaya yang dibutuhkan bagi pelaksanaan tugas Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi dibebankan kepada Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah Provinsi. “Sumber pendanaan kami adalah APBD, tetapi sering terlambat” ujarnya. Karma lebih lanjut mengatakan bahwa sudah setahun staf KPA belum mendapatkan gaji karena keterlambatan ini.
Data terakhir menunjukkan bahwa jumlah penderita HIV/AIDS (per 30 September 2007) sudah mencapai angka 3434. Dimana kelompok usia produktif ( umur 20-29 tahun) yang paling banyak terinfeksi. Sedang menurut jenis kelamin kelompok pria menduduki peringkat teratas dengan jumlah penderita HIV/AIDS 1774 orang dan kelompok resiko heteroseks 3188 orang. Kabupaten Mimika menduduki peringkat teratas diantara 5 besar penyebaran HIV / AIDS dengan jumlah penderita 1382, disusul Kabupaten Merauke dengan jumlah penderita 934, Kabupaten Biak dengan jumlah penderita 342, Kabupaten Nabire dengan jumlah penderita 307, dan Kota Jayapura dengan jumlah penderita 205 orang.
Karma menghimbau kepada masyarakat untuk mencari infrormasi yang tepat dan benar sehingga memudahkan mereka untuk menjaga diri terhadap virus HIV dan AIDS dan jangan mendiksriminasikan orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Di tahun 2008 mendatang KPA akan semakin gencar untuk memberikan informasi kepada masyarakat sampai ke seluruh pelosok Tanah Papua tentang pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS serta akan lebih mengoptimalkan pelayanan kesehatan masyarakat. (cr-1)

Headline : Ribuan Umat Muslim di Papua Rayakan Idul Adha

Umat Muslim di Papua Rayakan Idul Adha

JAYAPURA- Ribuan umat muslim di Papua kemarin merayakan Hari raya lebaran haji Idul 1428 Adha. Perayaan lebaran haji berlangsung diberbagai tempat. Di Jayapura misalnya, sholat ied berlangsung . Di Masjid Raya sekitar seribu umat muslim yang berdatangan dari sekitar masjid dan tempat lainnya untuk melaksanakan shalat idhul Adha bersama . Bertindak sebagai Imam,Di masjid yang terletak dietangah pusat kota ini imam H. Zaiful Ashad, dengan khotib KH Andi Muhammad Arsyad Djabbar yang merupakan pimpinan pondok pesantren Al I`tidaiyiah Jakarta Utara.
Dalam khotbahnya, khotib mengutarakan makna dari lebaran idhul adha. Maknanya antara lain: tidak hanya berbagi dengan kaum miskin dan anak-anak fakir serta golongan ekonomi tidak mampu, tapi juga memaknainya dengan kecintaan terhadap Tuhan.
Diceritakan, idhul adha lebih dikenal dengan idul qurban. “Ini karena adanya perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya. Perintah itu datang dalam mimpi pertamanya. Karena nabi tidak percaya, perintah itu datang lagi dalam mimpi keduanya. Sampai tiga kali. Dalam mimpi itu diriwayatkan, Allah SWT sedang menguji kadar cinta sang nabi ke tuhannya. Apakah kadar cinta itu melebihi cinta kepada si anak.”
Sementara itu di lokasi lain, tepatnya di pelataran kantor Gubernur Papua di Dok II Jayapura, sholat ied juga dihadiri ratusan umat muslim dari seputaran kota Jayapura. Sholat Ied ini diimami Ustads Ahmad Maulana.
Usai sholat ied, hari raya dilanjutkan dengan pemotongan hewan kurban. Di Masjid Raya dilanjutkan dengan acara pemotongan hewan qurban . Hewan yang dipotong sebanyak 13 ekor sapi ditambah 2 ekor kambing.
“Sebanyak 8 ekor sapi dan 2 ekor kambingnya dipotong di masjid ini,” kata Haji Aris, ketua panitia.
Delapan ekor sapi dan 2 kambing ini dibagikan ke 375 keluarga.
“Kita utamakan yang keluarga tidak mampu. Kemudian juga jemaah masjid,” katanya.
Lima ekor sapi sisanya dibagi ke Hotel Ermashita, Aspol dan Polimak.
“Satu ekor dipotong di Ermashita, dua di Aspol dan dua di Polimak.”
Di Argapura, pemotongan sapi sebanyak 5 ekor. Di sini pembagian diberikan ke sedikitnya 300 kaum tidak mampu.
Pemotongan hewan-hewan ini dilanjutkan dengan pembagian daging. Di Masjid Raya, pembagian daging menggunakan kupon. Sejak jam satu siang, antrian kupon permintaan gading qurban mulai terlihat. Puncaknya menjelang jam 4 sore.

Kodam 34 Sapi dan 15 Kambing
Sementara itu, perayaan hari raya Idul Adha juga berlangsung di Makodam XVII/Cenderawasih. Sebanyak 34 ekor sapi dan 15 ekor kambing dijadikan qurban. Proses penyembelihannya dilaksanakan di satuan masing-masing. Sementara ibadah sholat Idul Adha dilaksanakan di lapangan Apel Kompleks Makodam XVII/Cendrawasih, Kamis (20/12) pagi sekitar pukul 06.15 WIT. Dan dihadiri oleh Panglima Kodam XVII/Cendrawasih Mayjen TNI Haryadi Sutanto dan ibu Haryadi Sutanto, beserta segenap jajaran Kodam XVII/Cendrawasih dan masyarakat sekitar yang beragama muslim.
Ibadah sholat dipimpin imam Ustadz H. Muhammad Dawam S.Ag, sementara bertindak khotib adalah Ustadz Samsul Maarif S.Ag
Dalam khutbahnya, Ustadz Maarif membahas tentang keadaan masyarakat saat ini yang cenderung memiliki pola hidup pragmatis, hedonis, individualis dan materialistis.
“Akibatnya mereka semakin mencari keunggulan diri tanpa memikirkan nasib orang lain,” ujar Ustadz Maarif.
Makna perayaan hari raya Qurban kali ini, kata Ustadz, semoga dapat membentuk pribadi yang berjiwa sosial dan peka terhadap kondisi sosial kemasyarakatan.
“Dengan keyakinan ini, seorang muslim yang memiliki kepekaan sosial tinggi akan mudah melakukan amal kebajikan,” harapnya.
Setelah ibadah sholat Idul Adha, Pangdam Haryadi Soetanto menyerahkan secara simbolis satu ekor sapi kepada Ketua Panitia Qurban, Mayor Inf. Abdullah Faqih, S.Ag, yang selanjutnya diserahkan kepada petugas untuk lakukan penyembelihan. Untuk markas Kodam sendiri, hewan yang diqurbankan yakni 3 ekor Sapi dan 6 ekor Kambing.
Daging hewan Qurban ini, selanjutnya akan diberikan kepada Panti Asuhan Muhammadiyah Abepura, Pondok Pesantren Yabunaya Yoka, Pondok Pesantren Darul Maarif Pasar Lama Abepura, Pondok Pesantren DDI Entrop, dan warga fakir miskin di sekitar kompleks Makodam XVII/Cendrawasih. (ab/rin)

News : Demo Tolak Pemekaran Dihadang Polisi

Polisi Hadang Pendemo Tolak Pemekaran


JAYAPURA- Kepolisian sektor kota (Polsekta) Abepura bersama satu pleton Brigade mobil (Brimob) Polda Papua dan satu pleton Dalmas Polresta Jayapura, Rabu (19/12), menghadang satu truk pendemo dari Koalisi Mahasiswa dan Masyarakat Peduli Tanah Papua (KMMPTP) di Padang bulan saat hendak menuju ke Kantor Gubernur Provinsi Papua untuk menyampaikan aspirasi penolakan pemekaran di wilayah enam kabupaten Pegunungan tengan Papua .
KMMPTP itu, sejak pukul 09.00 WIT telah beranjak dari sekertariat mereka di Waena untuk menuju kantor Gubernur Provinsi Papua yang terletak di Jalan Soasiu Dok II bawah Jayapura dengan menggunakan sebuah truk sambil membawa satu buah spanduk dan tiga pamflet yang bertuliskan “ pemerintah Jakarta segera membatalkan enam kabupaten wilayah pemekaran Pegunungan Tengah di Provinsi Papua, Stop pemekaran transmigrasi modern faksi gaya baru meminorotaskan rakyat bangsa Papua, Orang Asli Papua ditipu oleh pemerintah pusat dan adu domab, jakrta stop kambing-hitamkan bangsa papua dan pemerintah menipu masyarakat asli Papua sadar bahwa orang Papua punah dan pulau ini jadi bahan cerita orang hitam pernah hidup”.
Koordinator KMMPTP Sebby Sambom mengatakan penghadangan yang dilakukan aparat merupkan proses pembungkaman terhadap suatu proses demokrasi penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia.
“ Surat telah pemberitahuan demo telah kami sampaikan Senin (17/12) malam kepada Polresta Jayapura, “ ujarnya.
Selain itu, Sebby menyebutkan penghadangan itu, merupakan pembunuhan karakteristik masyarakat Papua dalam menyampaikan pendapat di muka umum.
Sementara itu, Kapolsekta Abepura Dominggus Rumaropen mengatakan penghadangan itu dilakukan polisi sesuai dengan Undang -Undang Nomor 09 tahun 1992 tentang penyampaian pendapat di muka umum yaitu tiga kali 24 jam pendemo harus memberikan surat pemberitahuan kepada polisi.
“ Para pendemo yang akan menyampaikan aspirasi itu belum memberikan surat pemberitahuan, makanya kami hadang, “ katanya.
Rumaropen menyebutkan, jika sampai terjadi pemaksaan kehendak dalam penyampaian aspirasi itu, pihaknya akan memproses pendemo sesuai pasal 312 Kitab Undang –Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang tindakan melawan petugas.
“ Aksi-aksi boleh-boleh saja tapi jangan sampai masyarakat terganggu, “ tambahnya.
KMMPTP usai di hadang polisi, mereka yang terdiri dari perwakilan sebanyak 10 orang di bawa ke Polresta Jayapura untuk berdialog dengan Kapolresta Jayapura AKBP Roberth Djoenso. (ti/CR-04)

Rabu, Desember 19, 2007

Berita :Waspadai Faktor Lingkungan

Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan penyakit lain seperti flu atau tipus. Hal ini disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan DBD bisa bersifat asimtomatik atau tidak jelas gejalanya. Manifestasi klinis infeksi virus Dengue termasuk didalamnya Demam Berdarah Dengue sangat bervariasi, mulai dari asimtomatik, demam ringan yang tidak spesifik, Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue, hingga yang paling berat yaitu Dengue Shock Syndrome (DSS). Dalam praktek sehati-hari, pada saat pertama kali penderita masuk rumah sakit tidaklah mudah untuk memprediksikan apakah penderita Demam Dengue tersebut akan bermanifestasi menjadi ringan atau berat. Infeksi sekunder dengan serotipe virus dengue yang berbeda dari sebelumnya merupakan faktor resiko terjadinya manifestasi Deman Berdarah Dengue yang berat atau Dengue Shock Syndrome (DSS).
Namun sampai saat ini, mekanisme respons imun pada infeksi oleh virus Dengue masih belum jelas, banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue, antara lain faktor host, lingkugan (environment) dan faktor virusnya sendiri. Faktor host yaitu kerentanan (susceptibility) dan respon imun.
Faktor lingkungan (environment) yaitu kondisi geografi (ketinggian dari permukaan laut, curah hujan, angin, kelembaban, musim); Kondisi demografi (kepadatan, mobilitas, perilaku, adat istiadat, sosial ekonomi penduduk). Jenis nyamuk sebagai vektor penular penyakit juga ikut berpengaruh. Faktor agent yaitu sifat virus Dengue, yang hingga saat ini telah diketahui ada 4 jenis serotipe yaitu Dengue 1, 2, 3 dan 4.
Tiga M
Sujono juga mengatakan metode lingkungan untuk mencegah DBD dengan tiga “M” yaitu menguras bak mandi atau penampungan air, sekurang-kurangnya sekali seminggu. Mengganti atau menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali, Menutup dengan rapat tempat penampungan air dan Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumahdan lain sebagainya.(Cr-01/ti)

Selasa, Desember 18, 2007

News : Puluhan Warga Suku Koroway Diduga Terjangkit Virus HIV/AIDS

JAYAPURA – Puluhan warga suku Koroway, suku primitif yang tinggal di wilayah perbatasan antara Kabupaten Keerom dan Kabupaten Pegunungan Bintang diduga terjangkit virus HIV/AIDS. Padahal, populasi warga suku ini kurang lebih seratus jiwa.
Informasi tersebut disampaikan Pdt. Ruth Manurung, Pendeta GKI yang selama 8 tahun mengadakan penginjilan di wilayah suku terasing yang mendiami wilayah Terfones, Dules dan Milky. Suku Koroway adalah suku primitif yang bertempat tinggal di pohon dan menggantungkan hidupnya dari berburu dan meramu.
Diduga mereka yang jarang terjangkit virus mematikan ini setelah adanya kontak dengan para pencari gaharu yang menembus keterisolasian wilayah mereka.
“Mereka terjangkit virus ini melalui para pencari gaharu yang masuk ke wilayah ini,” ungkap Pendeta Manurung.
Menurut pendeta Manurung bahwa secara kasat mata sejumlah penduduk suku Koroway memperlihatkan ciri-ciri penderita HIV/AIDS. Gejalanya seperti sariawan, hepatitis, penyakit kulit, tumbuh jamur di mulut, serta ciri-ciri lainnya yang dapat ditemukan pada penderita HIV/AIDS, bahkan ada yang badannya menyusut hingga akhirnya meninggal.
“Temuan adanya dugaan puluhan warga suku Koroway yang masih tinggal di pohon itu sudah disampaikan kepada dinas instansi terkait seperti Dinas Kesehatan Pemkab Keerom,” ujar Ruth Manurung.
Kasus HIV dan AIDS sejak pertama kali ditemukan di Merauke pada tahun 1992, terus meningkat dan kini telah menyebar hampir ke seluruh kabupaten di Provinsi Papua. Data terakhir kumulatif per 30 September 2007 menunjukkan bahwa jumlah penderita HIV /AIDS yang saat telah mencapai angka 3443 kasus.
Sebab itu sudah saatnya semua pihak terkait saling bekerjasama untuk menanggulangi hal ini. Baik pihak pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan, KPAD dan LSM yang bergerak di bidang pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS. (CR-01)

Headline: Gubernur Bernabas Suebu dan Jhon Tabo Dapat Penghargaan dari Presiden SBY

Terkait Penanggulangan Kemiskinan di Papua

JAYAPURA– Gubernur Papua Barnabas Suebu dan Bupati Tolikara Jhon Tabo meraih penghargaan Prakarsa Pembangunan Manusia Indonesia Tahun 2007, dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang diserahkan melalui Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra), Abu Rizal Bakrie
Acara pemberian penghargaan tersebut berlangsung di Gedung Birawa, Hotel Bumi Karsa kompleks Bidakara Pancoran Jakarta Selatan, Senin (17/12), dan dihadiri oleh seluruh Gubernur dan Bupati se-Indonesia.
Kedua pemimpin rakyat Papua tersebut, meraih penghargaan bergengsi menyaingi para pemimpin dari daerah lain se-Indonesia, karena dinilai oleh pemerintah pusat mampu memberi kontribusi positif, dalam penanggulangan kemiskinan di daerahnya. Dimana seperti diketahui, Papua adalah salah satu daerah di Indonesia yang kehidupan masyarakatnya masih jauh tertinggal dari daerah lain. Terutama masyarakat yang hidup di wilayah pegunungan, termasuk di Kabupaten Tolikara.
Atas penghargaan ini, Bupati Tolikara ketika dihubungi via telepon semalam mengaku senang dan menganggap penghargaan ini sebagai kado Natal istimewa di Tahun ini, yang diberikan Tuhan untuk dirinya, keluarga terlebih masyarakat Tolikara, Pegunungan Tengah dan masyarakat Papua pada umumnya .
“Saya sangat bersyukur pada Tuhan atas penghargaan ini, saya merasa ini kado Natal teristimewa yang saya terima di Tahun ini, dan saya mau persembahkan buat keluarga saya, orang tua saya, dan terlebih seluruh masyarakat Tolikara yang sudah memberikan partisipasi dan dukungannya sehingga saya bisa meraih penghargaan ini,” akunya di balik telepon.
Diakui, penghargaan yang diberikan kepada Gubernur Bas Suebu dan dirinya adalah bukti kepercayaan pemerintah pusat kepada rakyat Papua.
“Penghargaan ini sepantasnya kembali kepada rakyat, karena merupakan manifestasi dari dukungan rakyat terhadap program pemerintah yang dilakukan di kampung terpencil,” katanya.
Selama dua Tahun kabupaten Tolikara berdiri, lanjutnya, sudah banyak terobosan yang dibuat baik dari segi pembangunan infrastruktur, kesehatan, pendidikan dan bahkan dari segi keamanan. Dimana selama kepemimpinannya, masyarakat Tolikara hidup aman dan tentram. Dengan penghargaan ini, akunya, semoga bisa menjadi motivasi dan mendorong dirinya dan juga pemerintah Tolikara agar bisa lebih giat lagi di dalam membangun Tolikara ke depan, agar tidak lagi tertinggal tapi bisa sejajar dengan daerah lain.
Kaka Bas dan Jhon Tabo adalah dua wakil Papua yang tampil terhormat pada akhir Tahun 2007, merupakan pahlawan yang memperjuangkan hak-hak masyarakat miskin.
Kalau kaka Bas berjuang untuk memajukan rakyat Papua secara universal, dalam arti melayani rakyat di gunung dan di pesisir pantai. Sedangkan Jhon Tabo bergerilya di wilayah pegunungan dan hutan rimba terpencil untuk mengangkat harkat dan martabat mereka yang tertinggal di balik-balik gunung.
Setelah acara penyerahan penghargaan, Bupati Jhon Tabo mendapat kehormatan menyampaikan materi program yang dilakukan di Tolikara di hadapan para peserta Kongres Nasional Pembangunan Manusia Indonesia. Selain Provinsi Papua dan Kabupaten Tolikara, daerah lain yang menerima penghargaan antara lain Provinsi Gorontalo, Jawa Timur, Lampung dan Palangkaraya. Kabupaten Karang Anyar, Kampar, Pinrang dan Boyolali, serta 5 Kotamadya lainnya. (rin)

Sepak Bola : PERSIS vs PERSIWA

Tetap Waspada !

Djoko : Siapa lebih siap dia yang menang

JAYAPURA-Tak ada lagi rasa kesal maupun kecewa pada tim Badai Pegunungan Tengah-julukan Persiwa Wamena, pasalnya, Selasa (18/12) petang nanti di Stadion Manahan Solo, skuad tim hijau hitam ini bakal menghadapi tuan rumah Persis Solo dalam lanjutan putaran kompetisi Liga Djarum Indonesia XII tahun 2007. Ya, ini merupakan satu dari dua laga tandang pamungkas Herman Runtini cs, hasil kurang bagus yang mereka peroleh di Pasuruan dan Malang, menjadi cambuk tim untuk kembali membuktikan diri sebagai salah satu kontestan wilayah timur yang garang.
Apalagi saat ini posisi mereka yang berada di runner up sudah bergeser hingga ke peringkat empat group timur. Persiwa digeser Arema dan Deltras Sidoarjo yang saat ini memimpin tahta klasemen wilayah timur. Lalu, bagaimana Pelatih Persiwa Djoko Susilo bersam pasukannya menatap pertandingan kali ini ?
“Yang pasti persaingan empat besar jadi ramai, itu setelah Deltras ditahan Persebaya (1-1) kemarin, sementara lawan yang akan kami hadapi adalah Persis, mereka sebenarnya sangat tipis peluang ke empat besar, namun, yang dikejar bagaimana bisa lolos super liga musim depan,” kata Djoko saat dikonfirmasi Bintang Papua semalam.
Duel sarat gengsi dengan misi yang berbeda ini bakal menarik untuk ditonton, ya, tuan rumah yang terkenal garang dengan Laskar Pasopati-julukan sporter Persis itu, siap menghentikan ambisi sang tamu yang juga tidak ingin pulang dengan tangan hampa. Tidak hanya itu, Persis Solo sendiri masih terbesit luka, apalagi kalau bukan kekalahan telak 0-3 yang mereka derita saat main di Wamena (18/2) lalu. Tentu saja kekalahan itu ingian di balas oleh Eduard Tjong yang saat ini naik menjadi pelatih, sementara saat takluk di putaran pertama lalu, Persis masih ditangani Suharno.
“Kami tetap mengantisipasi kebangkitan Persis, mereka sedang dalam kondisi bangkit, ini yang harus kami waspadai, jangan sampai kami berlebihan percaya diri tetapi lupa dengan lawan, mereka juga ingin masuk super liga, posisi di klasemen saat ini membuat tim ini tak mau kehilangan point kandang,” sambung Djoko yang terkenal low profile itu.
Lantas, bagaimana Djoko melihat pertandingan sore nanti ? dengan penuh kerendahan, pelatih yang cukup tahu karakter Persiwa ini tetap melihat kalau siapa yang lebih siap dialah yang layak memenangkan pertandingan, karena, kedua tim sama-sama menyimpan ambisi menang, itu sudah jelas akan membakar semangat bertanding kedua tim selama 90 menit berlangsung.
“Saya kira siapa yang lebih siap, dia yang akan memenangkan pertandingan, kalau kami lengah, bisa saja kami gagal, sebaliknya, kalau mereka yang lengah, anak-anak sudah saya instruksikan untuk memanfaatkan peluang sekecil apapun,” tegas Djoko serius.
Djoko sadar kalau ini partai tandang dan tidak mudah mencuri point dikandang lawan, tapi, sebuah episode positif yang mereka raih ketika menang atas PSIM 1-0 di putaran kedua kemarin, semakin memperkuat rasa percaya diri tim ini untuk mampu membawa pulang point yang diharapkan. (gol)

Enita Rouw, Orang dengan HIV/AIDS

Menemukan Kembali Semangat Untuk Tetap Hidup

oleh: Klemens RM

Vonis mati untuk ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) tak membuatnya takluk. Kesedihan yang mendera tak selamanya harus diikuti. Inilah perjalanan hidup yang harus dilaluinya.

Siang di pelataran parkir Toko Sumber Makmur, di lingkaran Abepura, Jayapura . Enita Rouw sedang sibuk mengatur keluar masuknya mobil dari parkiran toko. Hari itu ia mengenakan stelan kaos berwarna kuning, dengan hiasan warna merah pada lengan kiri dan bagian bawah. Di lehernya melingkar kantong warna merah menyala, tempat ia menaruh telpon genggam.
Di kepalanya melingkar topi golf, melindungi wajahnya dari sengatan matahari. Model rambutnya tomboy, mencirikan sifatnya yang kelaki-lakian.
Disela-sela mengatur parkir di Toko Sumber Makmur, Enita keluar dari lokasi parkiran, menuju barisan taksi (angkot) Waena yang mangkal tak jauh dari situ.
Ia pun berteriak, “Waena Waena Waena,” ke arah calon penumpang.
Satu per satu penumpang taksi jurusan Waena naik. Setelah penuh, taksi pun jalan. Uang seribu rupiah Enita terima dari balik kaca sopir taksi.
Enita menjalani pekerjaan tukang parkir dan calo hanya setengah hari. Kebetulan hari itu ia mengambil giliran shift pagi. Jadi sebentar lagi ia bisa menjalani pekerjaan lain, menjualkan pinang milik temannya.
Dibalik semangat kerjanya hari itu, Enita menyimpan kesedihan mendalam sebagai seorang penderita HIV/AIDS. Namun jarang sekali ia memunculkannya di depan orang. Apalagi di depan anak satu-satunya. Hanya keceriaan yang ingin ia tampilkan, seperti saat ditemui di Shelter Jayapura Support Group (JSG), di Jl. Ayapo No.12 Abepura, Jayapura.
“Saya ini mengidap HIV/AIDS, tapi anak saya tidak,” kata Enita.
Keceriaan ini berbeda saat divonis terjangkit HIV/AIDS, November 2004. Ketika itu usianya baru 24 tahun.
“Saat itu yang ada hanya putus asa dan tak ada semangat hidup. Cita-cita sepertinya lenyap seketika,” katanya mengingat kejadian 3 tahun silam.
Lalu siksaan batin pun menderanya selama 2 bulan.
Untunglah datang JSG.
Memasuki tahun 2005, semangat hidup Enita kembali. Ia berpikir bahwa tak bisa terus-terusan meratapi apa yang terjadi. “Saya tak patut menyesalinya. Saya tidak perlu menyalahkan siapa-siapa. [Apa yang terjadi] ini adalah dari kesalahan saya sendiri.”
Enita anak ke-4 dari sekian saudara. Ia termasuk anak yang cukup nakal. Kehidupannya dekat dengan jalanan. Sex, miras dan narkoba jadi konsumsi sehari-hari. Gonta-ganti pasangan menjadi bagian dari hidupnya saat itu. Dari situlah ia tiba-tiba merasa perlu tes darah di JSG. Hasilnya ia ambil di klinik VCT RSUD Dok II Jayapura.
“Saya tak tahu dari siapa virus itu menular ke saya.”
Enita tak ambil pusing lagi, mencari siapa yang menularinya penyakit mematikan itu. Dorongan demi dorongan dari JSG membuatnya bertahan hidup. Apalagi masih ada 1 anak yang perlu dapat perhatian dan kasih sayangnya.
Dorongan itu yang akhirnya membuat Enita aktif dalam berbagai kegiatan dan pekerjaan tambahan. Ia pernah jadi outreach worker pada Yayasan Harapan Ibu. Ia pun pernah menjalani pekerjaan di Pusat Studi Kependudukan Uncen. Terakhir tanggal 31 Juli – 1 Agustus 2007 Enita mendapat kepercayaan dari JSG, mengikuti Kongres ODHA di Hotel Lido, Bogor, Jawa Barat.
Kini yang ingin ia lakukan adalah membesarkan anaknya di lingkungan dan keluarga yang selalu memberikan perhatian. Tak ada diskriminasi dari teman, keluarga dan lingkungannya.
“Anak saya adalah inspirasi, dan semua usaha yang saya lakukan saat ini semata-mata untuk membesarkan dan menyekolahkan dia, dan saya ingin setelah besar nanti dia bisa mengerti bagamana ibunya berusaha untuk membesarkan dan menyekolahkannya” kata Enita.
Ia pun lalu memberikan pesan agar stigmatisasi ODHA yang hinggap di masyarakat dihilangkan. Ia pun berpesan ke Komisi Penanggulangan AIDS agar memberdayakan ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) untuk bekerja di klinik VCT maupun KPA sendiri, supaya bisa membagi pengalaman dan mendorong ODHA membuka diri untuk menjaga masyarakat dari infeksi HIV/AIDS.Ia juga berpesan agar tidak memasang iklan yang mendiskriminatifkan ODHA. Ia merasa iklan-iklan yang ada di Jayapura sangat diskriminatif. (*)

Senin, Desember 17, 2007

Persipura-Persiwa: Terkapar atau Tetap Tegar

PERSIPURA – PERSIWA

Terkapar atau Tetap Tegar

JAYAPURA – Dua tim asal tanah Papua sedang serius menghadapi dua tur pamungkas mereka di dataran Jawa Tengah, Persipura yang siap menantang Persijap pada Rabu (19/12), sedangkan Persiwa akan meladeni tuan rumah Persis Solo Selasa (18/12) besok. Bagi Persiwa, apakah mereka mampu bangkit, atau justru terkapar lagi dikandang Persis, sementara Persipura, apakah mereka sanggup berdiri tegar dengan mendulang point atau justru terkubur lagi impian dan misi itu.

Posisi Persipura di wilayah timur masih sebagai yang terbaik, artinya, memimpin tahta wilayah timur bukan hal biasa, ini menjadi ancaman tim-tim lawan, seperti Arema, Persiwa maupun Deltras dan Persmin bahkan Persiter. Sementara Persiwa, posisi runner up yang mereka genggam selama sepekan lebih sudah disambar Arema Malang yang memukul Persiba 3-0 pekan kemarin. Kondisi ini bakal menjadi momok bagi Persipura maupun Persiwa, bisa jadi kedua tim bakal berada dalam satu group jika akhirnya peringkat Persipura tetap diatas dan Persiwa ke urutan tiga, atau bisa juga urutan dua dan empat.

Demi menghindar kejadian itu, maka jangan heran kalau keduanya siap mengulang sukses tur Jateng beberapa bulan lalu. Untuk diketahui, baik Persipura maupun Persiwa punya tren positif di dataran Jawa Tengah, mereka mampu menang atas PSIM Jogya, sejarah itu membuat motivasi kedua tim jadi membumbung saat mereka menuju Solo dan Jepara di tur terakhir ini. Bukan tidak mungkin dari kedua tim ini, masing-masing Persijap dan Persis akan kehilangan point dari pasukan meraj hitam dan hijau hitam nanti.

Untuk Persiwa sendiri, mereka sedang dalam situasi tak bagus, terpukul dengan dua kekalahan beruntun di Jatim, pasukan yang di Manajeri langsung oleh Bupati Jayawijaya Nicolas Jigibalon,S.Sos itu siap menggantikannya di Solo dan Jepara. Yang menjadi pertanyaan lagi, apakah rentetan kekalahan Habel Satya cs bakal berlanjut di Jateng ? sebab, kondisi tim tuan rumah begitu menjanjikan, sehingga sangat sulit untuk mencuri angka disini. Kubu Persipura datang lagi pertanyaan, apakah Bio Paulin cs sanggup melanjutkan episode potifnya di Jatim ? atau sebaliknya terkapar lagi di dataran Jateng.

“Semua tim tak mungkin mau kalah begitu saja. Setiap kali bertanding, target kami dapat point, untuk Solo, apapun kondisinya kami akan berusaha, bila perlu tidak hanya Solo, Jepara juga kami incar,” cetus Assisten Manager Persiwa Jhon. R. Banua tegas.

Sebuah statemen yang membuktikan kalau pasukan Djoko Susilo itu tetap pantang menyerah, mereka tak mau pesimis lebih awal, tentu teriakan menang masih menjadi misi utama tim ini. Lilitan problem yang ada sejak Pemkab Jayawijaya belum juga serius menangani tim ini terus dihapus dari benak pemain maupun pelatih.

Kondisi Persiwa jelas beda dengan Persipura, ikon tim Eduard Ivakdalam tetap realistis, dia pun enggan sesumbar jauh dulu, adalah peringatan yang dilontarkan Edu.
“Ya, pertandingan ini tetap kami anggap penting, kami tidak melihat siapa kami dan siapa lawan kami, yang kami mau bagaimana bisa tampil lepas dan mampu mendapatkan hasil,” cetus sang jenderal lapangan Persipura itu tenang.

Yang pasti antara Persiwa maupun Persipura masih sangat terbuka kans mereka menembus babak delapan besar, hanya, soal peringkat bakal seru direbut tim-tim yang masuk empat besar pada masing-masing group. Nah, mampu kah kedua tim dari bumi cenderawasih itu berunjuk gigi dalam laga mereka pada Selasa besok dan Rabu nanti ? kita tunggu saja jelmaan permainan fantastis dari kedua kubu, sudah pasti mereka tak mau terkapar hanya karena persoalan mental. Untuk itu, menjaga emosi, tidak cpat puas bila sudah unggul serta ketenangan dalam penyelesaian bakal menjadi senjata ampuh kedua tim dalam pertandingan nanti. Persipura dihadapkan dengan lawan yang sedang menginginkan deretan posisi super liga, sementara Persiwa dihantai tren positif sang lawan, demi nama Papua mereka berjanji akan menggapai hasil terbaik untuk kado Natal rakyat Papua. (gol)

Headline: Buku Tenggelamnya Rumpun Malanesia Terjual Laris

Buku Tenggelamnya Rumpun Malanesia Terjual Laris

JAYAPURA- Sebelum disita aparat Kejaksanaan negeri Jaypura buku berjudul “Tenggelamnyua Rumpun Melanesia” karangan Sendius Wonda terjual laris di toko Gramedia Jayapura.
“Hanya dalam waktu 15 hari dari 100 buku telah terjual 45 buah. Atau rata rata per harinya terjual 2 sampai tiga buah buku,” kata Iwan Van Wilan Haro, Supervisor Penjualan Toko Buku Gramedia Jayapura.
Bila dibandingkan dengan buku lainnya yang memuat persoalan politik dan kondisi sosial masyarakat Papua Tenggalamnya Rumpun Melanesia terbilang cukup diminati pembeli.
Namun karena isi buku yang ditulis Sandius Wonda dinilai mengganggu ketertiban umum, atas perintah Kejaksaan Agung buku Tenggelamnya Rumpun Melanesia akhirnya dilarang beredar.
Pihak Kejaksaan pun dalam waktu dekat akan memanggil penulisnya.
Penarikan Buku Tenggelamnya Rumpun Melanesia ini mengundang reaksi keras dari sejumlah penulis dikota Jayapura.
Ketua Umum Badan Pelayanan Pusat Persekutuan Gereja-gereja Baptis Papua, Socratez Sofyan Yoman menyatakan: keputusan menarik buku tersebut sama dengan melarang kebebasan berekspresi.
“Buku itu memuat fakta sosial yang terjadi dalam masyarakat “ ujarnya kepada wartawan di Jayapura, Minggu (16/12).
Dalam buku "Tenggelamnya Rumpun Melanesia". Sofyan menulis kata pengantar setebal 10 halaman. Kata pengantar itu ia tulis tanggal 27 Agustus.
Sofyan juga menyatakan tidak kuatir jika buku yang ia tulis –saat ini sudah edar di Jakarta-
“Kejaksaan tidak boleh larang-larang pekerjaan gereja,” katanya.
Sofyan juga menulis buku yang saat ini sudah bereedar di Jakarta berjudul: Pemusnahan Etnis Melanesia – Memecah Kebisuan Sejarah di Papua Barat. Judul buku ini hampir sama dengan judul buku yang ditulis Sendius Wonda, .
“Buku itu [Pemusnahan Etnis Melanesia] merupakan suara keadilan pimpinan gereja,” kata Sofyan.
Buku yang ditulis Sofyan selama 1 bulan ditahun 2006 lalu diberikan pengantar oleh Pdt. Dr Benny Giay dan Dr George J Aditjondro. Buku tersebut setebal 478 halaman. Cover buku tersebut warna merah. Desain latarnya peta Papua berwarna hitam dengan api yang membara di sekelilingnya.
“Buku itu memuat 8 bagian. Antara lain: referensi menyangkut landasan hak asasi manusia, sejarah, pembangunan dalam perspektif Indonesia dan orang Papua, bagian yang berhubungan dengan Otonomi Khusus, bagian yang menulis tentang pemekaran, tentang pelanggaran HAM dan proses pemusnahan etnis serta bagian rekomendasi,” kata Sofyan.
Sama seperti buku Tenggelamnya Rumpun Melanesia, buku Pemusnahan Etnis Melanesia juga dicetak di Yogyakarta oleh Galangpress. (rk/ab)

Bintang: Latifah Anum Siregar, SH

Perempuan Pertama Indonesia Peraih “Woman Peacemaker” Universitas San Diego, Amerika Serikat
Melihat Nilai Lokal Untuk Memenuhi Rasa Keadilan

Tak lama lagi film dan buku yang bersumber dari dokumentasi perjalanan aktivis perempuan di seluruh dunia dalam bekerja serta motivasi mereka di bidang itu, akan beredar yang disponsori dari tim Institute Peace and Justice “Joan B. Kroch” Universitas San Diego, Amerika Serikat. Sang peraih, Latifah Anum Siregar, SH Aktivis Perempuan Aliansi Demokrasi untuk Papua (ALDP), 27 Oktober 2007 lalu, meraih penghargaan “ Woman Peacemaker” dalam bidang HAM.

Oleh : DEFRIANTI

Sejak 2003 lalu, Institue Peace and Justice “ Joan B. Kroch” Universitas San Diego, Amerika Serikat telah menggelar program “ Woman Peacemaker” dengan melakukan seleksi kepada aktivis perempuan di seluruh dunia yang bergerak dalam bidang Hak Asasi Manusia (HAM). Dalam Seleksi itu, Universitas ternama di Amerika Serikat memilih empat perempuan yang pantas meraih penghargaan “Woman Peacemaker”.
Selain aktivis perempuan, Institue ternama di Amerika Serikat itu, juga memilih penulis perempuan “ Women Peacewriter” untuk dipasangkan dengan peraih penghargaan “Woman Peacemaker”.
Tujuan dilakukan seleksi terhadap aktivis perempuan dalam bidang HAM itu, adalah untuk membuat dokumentasi dari hasil dokumen yang dibawah peserta dari masing-masing negara.
Seleksi yang dimulai awal 2007, tak hanya berdiskusi setiap hari tetapi para peserta diwawancarai oleh penulis dan tim film, ceramah bahkan bertemu dengan organisasi perempuan dan HAM.
Semangat perempuan kelahiran Jayapura, 26 April 1968, untuk bergerak dalam bidang Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sangat besar. Meskipun lahir dan dibesarkan dalam keluarga yang berlatar belakang jaksa militer. Misalnya, pada tahun 1989 telah bergabung dalam Pusat Peran Serta Masyarakat, Himpunan Mahasiswa Islam dan tahun 2000 bergabung dalam tim ALDP.
“ Dikeluarga kami sangat demokrasi, yang penting bisa mempertanggung jawabkan semua yang kami lakukan dan bergabungnya saya ke LSM berasal dari inspirasi ibu, “ ujarnya saat ditemui di kediamannya kompleks Bucend II Entrop, Minggu(16/12).
Mantan Ketua HMI Papua itu, mengakui penegakan HAM di Papua tidak berjalan sesuai dengan apa yang dikehendaki dari korban. Karena persoalan instrumen yang yang tidak diakomodir.
Selain itu, kepentingan subyek dari orang-orang yang terlibat dalam perkara tapi juga penegak hukum tidak memiliki komitmen yang tegas untuk penegakan HAM. Perubahan sosial-politik juga, turut mempengaruhi institusi-institusi tetapi instrumen dalam masyarakat. Sehingga lebih banyak proses penegakan HAM itu, dilakukan bukan akibat kesadaran HAM tersebut harus ditegakkan tetapi karena tuntutan dari berbagai pihak yang mendesak.
Padahal, penegakan HAM merupakan salah satu cara penyelenggaraan pemerintahan di Papua untuk menjadi lebih baik.
Menurutnya, HAM dan penguatan masyarakat adat, yang diambil dalam thema dalam ajang “Woman Peacemaker” yaitu bagaimana melihat nilai-nilai lokal memenuhi rasa keadilan. Dalam penguatan masyarakat adat, juga mengambil langkah bagaimana orang mencoba untuk melakukan berbagai macam mekanisme hukum untuk memenuhi rasa keadilan yakni dengan menggunakan diluar hukum formal indonesia, seperti hukum adat, perbincangan di para-para adat dan perkembangan HAM di Papua.Secara umum persoalan HAM menjadi salah satu soal utama di Papua. Karena berbagai situasi politik dan ekonomi- sosial- budaya yang membuat hak-hak masyarakat terabaikan. Mekanisme untuk menyelesaikan atau alat instrumen yang dipergunakan untuk memperjuangkan HAM sangat terbatas dan hukum positif di Indonesia masih terbatas. Sebab banyak permasalahan masyarakat adat yang ternyata tidak bisa diselesaikan melalui hukum positif. (**)

Laporan Khusus: Berburu Buku "Tenggelamnya Rumpun Melanesia"

"Tenggelamnya Rumpun Melanesia"

oleh : Gatot Aribowo

Jaksa memburu buku "Tenggelamnya Rumpun Melanesia" untuk disita. Masyarakat memburunya karena penasaran, apa isinya? Disisi lain, potensi dunia tulis menulis yang tumbuh di Papua jadi terancam. Kebebasan berekspresi terganggu.

Dunia tulis menulis di Jayapura digoyang Jaksa Agung. Melalui Surat Keputusannya, Jaksa Agung Hendarman Supandji menarik peredaran buku berjudul "Tenggelamnya Rumpun Melanesia" yang ditulis Sendius Wonda. Buku ini ditarik Kejaksaan Negeri Jayapura dari Toko Buku Gramedia, setelah diperintahkan Jaksa Agung melalui keputusannya Kep-123/A/JA/11/2007.
Sebanyak 55 buku yang tersisa diambil dari Gramedia Jayapura.
"Kami didrop penerbit sebanyak 100 buku. 45 buku telah terjual," kata Iwan Van Wilan Haro, Supervisor Penjualan Toko Buku Gramedia Jayapura.
Buku itu didrop ke Gramedia Jayapura akhir November lalu. Sementara surat keputusan Jaksa Agung dikeluarkan tanggal 27 November 2007.
Dalam jangka waktu tidak lebih 15 hari buku telah terjual 45. Hitung-hitungan, dalam sehari buku tersebut terjual 2 hingga 3 buku. Harga buku itu Rp 42 ribu.
"Kebanyakan memang yang beli masyarakat asli Papua," kata Iwan.
Buku "Tenggelamnya Rumpun Melanesia" yang telah dibeli masyarakat itu oleh Jaksa Agung diminta kembali. Dengan keputusannya Jaksa Agung meminta masyarakat Jayapura yang telah beli dan memiliki buku itu agar menyerahkan buku tersebut ke Kejaksaan Tinggi Papua dan Kejaksaan Negeri Jayapura.
Jaksa Agung menilai isi buku tersebut telah mengganggu ketertiban umum, dan dapat memecah persatuan dan kesatuan bangsa.
Nico Mauri, salah seorang warga asli Papua yang tinggal di Tasangka Jayapura mengklaim buku karangan Sendius Wonda merupakan pelanggaran hukum rohani. Ia menilai buku itu bertentangan dengan Kodrat Allah.
“Contoh isi dalam buku itu adalah perkawinan silang. Perkawinan itu anugerah. Dan tidak benar jika dikatakan perkawinan silang akan melenyapkan ras Melanesia. Istri saya sendiri bukan peranakan Papua. Tapi saya tidak merasa ras Melanesia saya hilang,” kata Nico.

Buku "Tenggelamnya Rumpun Melanesia" bersampul warna kuning keputih-putihan. Di sudut kiri tertulis Penerbit DEIYAI, dengan latar gambar burung cenderawasih. Di bawah judul buku tertulis: Pertaruangan Politik NKRI di Papua Barat, dengan ukuran huruf yang lebih kecil dari tulisan Tenggelamnya Rumpun Melanesia. Di bawahnya ada latar gambar peta provinsi Papua, diberi warna coklat kelam.
Dibawah nama pengarang, dicantumkan tulisan: Menguak fakta pertarungan politik dan pembangunan NKRI terhadap eksistensi Rumpun Melanesia di bumi Papua Barat. Sebagai juru selamat, perangkap, atau malapetaka?
Buku tersebut diberi pengantar Socratez Sofyan Yoman, Ketua Umum Badan Pelayanan Pusat Persekutuan Gereja-gereja Baptis Papua.
Sofyan menulis pengantarnya setebal 10 halaman, tertanggal 27 Agustus 2007.
Buku itu dicetak di Yogyakarta oleh Galangpress.
Buku "Tenggelamnya Rumpun Melanesia" termasuk buku yang ditulis dari pengalaman pribadi Sendius Wonda. Seperti dalam perkawinan silang yang ditulis di bagian enam. Dalam bagian itu Sendius sempat mengungkapkan kemarahannya atas pernyataan yang dilontarkan temannya semasa kuliah di Malang untuk mengawini perempuan non Papua.
Dalam membuat tulisan, Sendius lebih menyandarkan fakta-fakta yang terungkap dari media. Tidak sedikit kutipan dari laporan media lokal maupun nasional yang dimuat dalam buku tersebut. Dari laporan-laporan media, penulis mengapresiasinya.
Apresiasi diutarakan dalam tulisan berbentuk kekecewaan terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah Indonesia dan sikap pejabat-pejabat asli Papua. Ia juga meng-apresiasi penguasaan sektor-sektor ekonomi oleh masyarakat non Papua.
Isi buku dari karangan Sendius Wonda lebih banyak menyinggung pertentangan antara ras Melanesia dan Melayu yang ada di Papua dan Indonesia. Buku yang memuat 7 bagian dengan ketebalan 248 halaman itu mengungkapkan kemarahan penulisnya atas pemerintah Indonesia dan lemahnya masyarakat asli Papua terhadap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Indonesia untuk Papua.
Pada bagian tiga buku tersebut, Sendius mengelompokkan masyarakat asli Papua menjadi tiga golongan dalam menyikapi kebijakan pemekaran. Ia menulis, 3 golongan itu adalah masyarakat Papua asli yang tidak memiliki pendirian, masyarakat Papua asli yang tidak mau tahu serta masyarakat dan pejabat Papua yang ambisius dalam proses pemekaran.
Ia juga mengklaim dalam bukunya bahwa kebijakan otonomi khusus tanpa mempersiapkan terlebih dulu SDM asli Papua akan menyingkirkan orang asli Papua dari jabatan-jabatan kunci di pemerintahan.
Dalam bukunya Sendius mengkritisi masyarakat Papua yang lebih banyak menghambur-hamburkan uang saat jadi pejabat. Ia juga mengkritisi peredaran minuman keras yang telah mempengaruhi moralitas masyarakat asli Papua. Kritisi ini ia masukkan dalam bagian lima dari bukunya.
Mengenai HIV/AIDS, Sendius menulisnya di bagian empat. Ia mengkritisi tidak adanya kebijakan pemerintah untuk menutup lokalisasi-lokalisasi dan tempat-tempat hiburan seperti bar dan panti-panti pijat yang ia duga menjadi tempat prostitusi.
Di bagian akhir dari buku, Sendius mengeluarkan 3 rekomendasi. Dua diantaranya: perlunya pemerintah membuat perda untuk melindungi hak-hak orang Papua dan perlunya perda yang menutup ijin pasokan miras.

Di Gramedia, buku-buku karya penulis Papua telah banyak bermunculan. Sedikitnya ada 18 penulis asli Papua yang telah mengeluarkan karya-karyanya dalam bentuk buku. Ada buku-buku karya Frits B Ramandey, karya Ketua MRP Agus Alua, karya Roberth Isir dan lain-lain. Buku-buku karya penulis Papua ini ditempatkan tersendiri oleh Gramedia. Tata letaknya sering diubah-ubah.
“Ini untuk menghidari kejenuhan saja,” kata Supervisor Penjualan Toko Buku Gramedia Jayapura, Iwan Van Wilan Haro,
Buku-buku yang ditulis banyak bersentuhan dengan politik. Tak sedikit juga yang bersentuhan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat Papua. Bahkan Roberth Isir menulis buku tentang bahaya minuman keras.
Buku "Tenggelamnya Rumpun Melanesia" termasuk buku yang bersentuhan dengan politik dan sosial masyarakat Papua.
Frits B Ramandey telah mengeluarkan 13 karya buku. Frits termasuk salah satu wartawan di Jayapura yang aktif mengeluarkan buku. Sebentar lagi ia akan mengeluarkan 3 naskah buku.
Sebagai penulis, Frits cukup terganggu dengan tindakan Jaksa Agung yang melarang peredaran buku "Tenggelamnya Rumpun Melanesia", dan ia menyayangkannya.
“Itu tindakan represif. Membungkam kebebasan berekspresi,” katanya.
Kalau ada ISBN, kata Frits, kenapa musti ditarik.
ISBN adalah nomor seri yang dikeluarkan perpustakaan nasional. Sebelum mengeluarkan nomor seri, perpustakaan nasional sudah melihat daftar isi buku.
“Jadi ini juga dilindungi undang-undang,” kata Frits.Sepanjang tahun ini kejaksaan sedikitnya telah menarik peredaran buku sebanyak 2 judul. Yang pertama buku yang mengulas tentang sejarah G 30 S PKI, yang edar sebagai buku pelajaran sekolah. Buku ini bahkan sempat dimusnahkan dengan cara dibakar. Yang kedua buku "Tenggelamnya Rumpun Melanesia" yang edar di Indonesia November lalu. (*)