Sabtu, Februari 02, 2008

Features : Soeharto, Dari Buku ke Buku

Memahami Pak Harto dalam Otobiografi “Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya” ( 3/habis)

oleh: Gatot Aribowo

Semangat hidup yang tinggi dari Pak Harto tak mampu mengalahkan takdir Tuhan. Pada bagian lain buku otobiografi ini, Pak Harto pernah membicarakan soal kematiannya. Bab ini terangkai dalam “Kalau Ajal Saya Sampai.”

Boleh percaya boleh juga tidak, meninggalnya 2 presiden RI selalu ditandai dengan adanya Bulan Bercincin. Biasa disebut di Jawa dengan Bulan Kalangan, bulan ini, Kamis 17 Januari 2008 terlihat oleh warga Jakarta.
Bulan bercincin atau halo Bulan, pernah terlihat sehari sebelum kematian Presiden Soekarno.
Seperti tertuang dalam buku 'Siapa Sebenarnya Soeharto' Detak Files yang diterbitkan Mediakita, pada 20 Juni 1970, Bung Karno dijenguk oleh salah satu istrinya, Dewi Soekarno. Pada 20 Juni 1970 malam hari, anak Soekarno, Rachmawati secara tak sengaja melihat cincin yang melingkari bulan.
Dalam mitos Jawa, bulan ini menandakan akan terjadinya bencana atau kematian. Dan benar, keesokan harinya, 21 Juni 1970, sekitar pukul 05.00 WIB, Bung Karno dinyatakan koma oleh tim dokter. Anak-anak Bung Karno segera dipanggil dan mengelilingi tubuh Bung Karno yang terbaring lemah di tempat tidur. Sekitar pukul 07.00 WIB, Bung Karno menghembuskan nafas terakhirnya.
Fenomena bulan ini, muncul dihari ke-14 Pak Harto dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertaminan (RSPP) Jakarta. Tak secepat Bung Karno yang meninggal 1 hari setelah fenomena bulan ini muncul, Pak Harto wafat setelah 10 hari fenomena bulan bercincin muncul. Hal ini tak luput dari perjuangan Pak Harto untuk tetap hidup. Seperti pernah diungkapkan tim dokter kepresidenan yang merawat Pak Harto.
"Semangat hidup Pak Harto masih tinggi," kata ketua tim dokter kepresidenan Dr Mardjo Soebiandono seperti dikutip detik com, 17 Januari 2008.
Kendati semangat hidup tinggi, namun takdir Tuhan tak mampu ditolak. 10 hari setelah munculnya bulan bercincin, Pak Harto pun dipanggil yang Maha Kuasa.
Dalam buku otobiografinya, Pak Harto pernah menyinggung soal kematiannya. Kendati kondisinya tak relevan dengan terbitan buku tahun 1988 ini, namun ada baiknya memahami sedikit soal kematiannya Pak harto dalam bab “Kalau Ajal Saya Sampai.”

Berikut kutipan dalam buku otobiografi tersebut:
Kalau saatnya tiba saya dipanggil Yang Maha Kuasa, maka mengenai diri saya selanjutnya sudah saya tetapkan: saya serahkan kepada istri saya.
Sebetulnya istri saya telah menerima pula "Bintang Gerilya" dan "Bintang RI". Jadi, dia juga bisa dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Tetapi sudahlah, ia dengan Yayasan Mangadeg Surakarta sudah merencanakan lain. Ia dengan Yayasan Mangadeg Surakarta sudah membangun makam keluarga di Mangadeg, tepatnya di Astana Giribangun. Dan masa, kan saya akan pisah dari istri saya! Dengan sendirinya saya pun akan minta dimakamkan di Astana Giribangun bersama keluarga. Kami tidak mau menyusahkan anak cucu kami, jika mereka nanti ingin berziarah.
Memang saya pun mendengar orang bicara, bahwa belum juga saya mati, saya sudah membuat kuburan. Padahal yang sebenarnya, kuburan itu kami buat untuk yang sudah meninggal, antaranya untuk ayah kami (mertua saya). Selain itu, pikiran saya menyebutkan, "Apa salahnya, sebab toh akhirnya kita akan meninggal juga." Kalau mulai sekarang kita sudah memikirkannya, itu berarti kita tidak akan menyulitkan orang lain. Asalkan tidak menggunakan yang macam-macam, apa jeleknya?
Omongan orang bahwa Astana Giribangun itu dihias dengan emas segala, omong kosong. Tidak benar! Dilebih-lebihkan. Lihat sajalah sendiri.
Yang benar, bangunan itu berlantaikan batu pualam dari Tulungagung. Tentu saja kayu-kayunya pilihan, supaya kuat. Pintu-pintu di sana, yang dibuat dari besi, adalah karya pematung kita yang terkenal G Sidharta. Alhasil, segalanya buatan bangsa sendiri.
Ibu mertua saya melakukan cangkulan pertama di Gunung Bangun yang tingginya 666 meter di atas permukaan laut itu, pada hari Rabu Kliwon, 13 Dulkangidah jimakir 1906 atau 27 November 1974. Saya bersama istri sebagai pengurus Yayasan Mangadeg Surakarta meresmikan Astana Giribangun itu pada hari Jumat Wage tanggal 26 Rejeb ehe 1908 atau 23 Juli 1976. Kebiasaan di Jawa mempergunakan candrasangkala. Maka kami terakan di sana sinengkalan: Rasa Suwung Wenganing Bumi (Rasa Ikhlas Membuka Bumi) waktu ibu melakukan cangkulan pertama itu, dan Ngesti Suwung Wenganing Bumi (Suasana Hening Membuka Bumi) waktu kami meresmikan makam keluarga Yayasan Mangadeg itu.
Pada ketiga pintu untuk masuk ke dalam bangunan itu pun ada tulisan yang mengutip pucung, berisikan pegangan hidup yang sudah diajarkan nenek moyang kita secara turun-temurun. Yakni, "hendaknya kita pandai-pandai menerima omongan orang yang menyakitkan tanpa harus sakit hati", "ikhlas kehilangan tanpa menyesal", dan "pasrah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa".
Tak jauh dari bangunan astana itu, lebih dahulu, pada tanggal 8 Juni 1971, sudah diresmikan monumen "Tridharma", ajaran hidup bernegara yang sangat penting itu. Alhasil suasana di sana sesuai dengan lingkungannya.
Jadi, hendaknya dimaklumi bahwa kami membangun Astana Giribangun itu, kita-kira 37 km dari Solo, untuk keluarga. Bahkan, tidak hanya untuk keluarga, pengurus Yayasan Mangadeg pun bisa dimakamkan di sana. Tempat itu sudah dikapling, dan pengelolaannya diserahkan pada Yayasan Mangadeg.
Kita yang masih hidup wajib memikirkan keluarga yang sudah meninggal, seperti saya memikirkan ayah saya. Maka kami membangun makam untuk ayah, dan untuk ibu sekaligus. Di samping itu, saya pikir, baik saja kita berbuat begitu kalau kita tidak mau menyusahkan orang lain, tidak mau menyulitkan anak cucu kita. Dan di Jawa, memang biasa kita menyiapkan tempat sebelum meninggal. Kita menyadari bahwa besok lusa kita toh akan kembali.
Dihitung dari sejak lahirnya "Supersemar" sampai 1988, berarti saya memegang pucuk pimpinan sudah dua puluh dua tahun. Saya merenungkannya kembali.
Selalu, sewaktu tugas apa pun yang diberikan kepada saya, saya mohon petunjuk kepada Tuhan.
Alhamdulillah, sampai sekarang saya tidak merasa gagal dalam memegang dan melaksanakan tugas saya.
Kalau ada yang kurang berhasil, maka lantas saya mupus, pasrah. Artinya, saya berpikir, barangkali memang kemampuan saya cuma sampai di situ.
Saya telah berusaha dan nyatanya, seperti yang saya lihat dan pertimbangkan, usaha saya itu berhasil sesuai dengan kemampuan saya. Begitulah saya berpikir. Begitulah penilaian saya. Saya tak pernah merasa gagal. Tetapi, kalau ada orang yang menilai lain mengenai hasil pekerjaan saya itu, saya serahkan kembali penilaiannya itu kepada yang bersangkutan.
Demikian perasaan dan pikiran saya sejak masa revolusi. Apa yang ditugaskan kepada saya, saya kerjakan dengan sebaik-baiknya, sambil memohon bimbingan dan petunjuk kepada Tuhan.
Mengenai kesalahan, saya berpikir, "Siapa yang mengukur salah itu? Siapa yang menyalahkan?"
Sekarang, misalnya, pekerjaan sudah saya laksanakan, berjalan baik dan berhasil, menurut ukuran saya. Tetapi, kalau ada orang lain yang melihat hasil pekerjaan saya itu dari segi yang lain, lalu menilai salah atau gagal, maka saya akan berkata, "Itu urusan mereka."
Saya percaya bahwa apa yang saya kerjakan, setelah saya memohon petunjuk dan bimbingan-Nya, itu adalah hasil bimbingan Tuhan.
.........
Kalau ditanya apa wasiat saya kalau saya nanti pada waktunya dipanggil Yang Maha Kuasa? Wasiat saya, sebenarnya bukan wasiat saya sendiri, melainkan wasiat atau pesan kita bersama. Yakni, agar mereka yang sesudah kita benar-benar dapat menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara RI berdasarkan Pancasila ini.
Saya pikir, yang penting adalah suatu pengelolaan Negara Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 sedemikian rupa sehingga cita-cita perjuangan bangsa kita benar-benar terlaksana dan tercapai dengan sebaik-baiknya.
Selama bangsa Indonesia tetap berpegang kepada Pancasila sebagai landasan idiilnya, dan UUD '45 sebagai landasan konstitusionalnya, (dan tetap setia pada kepada cita-cita perjuangannya, ialah mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila), dengan sedirinya persatuan dan kesatuan bangsa itu akan terwujud. Berpegang kepada kedua hal itu, cita-cita perjuangan sebagai bangsa yang tetap ingin merdeka, berdaulat, bisa hidup dalam kemakmuran dan keadilan, niscaya akan tercapai!
Insya Allah!
(selesai)

4 komentar:

Peter mengatakan...

Smoga Indonesia menuju era yang jauh lebih baik lagi. Sy salut kpd Pak SBY yg berhasil menyelesaikan banyak kasus korupsi di Indonesia. Jesus Loves and Bless Indonesia.

ozanadeyz mengatakan...

ya..
sangat setuju sekali dengn pemerintahan SBY,yang mampu menangani kasus korupsi yang sedang merajarela saat ne.
meskipun pandangan orang banyak yang berbeda-beda,namun saya tetap mendukung sera mensuport selalu dalm doa untuk kejayaan bangsa ini kedepan menjadi lebih baik.
karna pasti setiap permasalahan dalam bangsa itu ada,hanya setiap individu menyikapi baik dan buruknya

ozanadeyz mengatakan...

tentang adanya sistem pemerintahan masa soekarno dan soeharto,itu merupakan wujud yang menjadi pendewasaan memimpin untuk kelak nti kedepannya.meskipun ada baik buruknya pada masa pemerintahan masa itu.
tetap coba untuk positif thinking dengan keadaan yang telah dilakukan.

Unknown mengatakan...




Saya Atas nama PAK YAYAT ingin berbagi cerita kepada anda semua bahwa saya yg dulunya cuma seorang TKW di MALAYSIA jadi buru sawit yg gajinya tidak mencukupi keluarga di kampun,jadi TKW itu sangat menderita dan di suatu hari saya duduk2 buka internet dan tidak di sengaja saya melihat komentar orang tentan AKI SOLEH dan katanya bisa membantu orang untuk memberikan nomor yg betul betul tembus dan kebetulan juga saya sering pasan nomor di malaysia,akhirnya saya coba untuk menhubungi AKI SOLEH dan ALHAMDULILLAH beliau mau membantu saya untuk memberikan nomor,dan nomor yg di berikan AKI SOLEH 100% tembus MAGNUM(4D) <<< 2 6 2 4 >>> saya menang togel (185,juta) meman betul2 terbukti tembus dan saya sangat bersyukur berkat bantuan AKI SOLEH kini saya bisa pulang ke INDONESIA untuk buka usaha sendiri,,munkin saya tidak bisa membalas budi baik AKI SOLEH sekali lagi makasih yaa AKI dan bagi teman2 yg menjadi TKW atau TKI seperti saya,bila butuh bantuan hubungi saja AKI SOLEH DI 082-313-336-747- insya ALLAH beliau akan membantu anda.Ini benar benar kisah nyata dari saya seorang TKW trimah kasih banyak atas bantuang nomor togel nya AKI wassalam.


KLIK DISINI BOCORAN DUKUN TOGEL 2D 3D 4D 5D 6D HARI INI